Friday 14 November 2014

Contoh Case Record dalam praktek pekerja sosial

Case Record sangat di perlukan dalam menangani kasus-kasus klien,dalam hal ini case record berguna memudahkan seorang pekerja sosial dalam memantau bagaimana perkembangan klien saat awal dari terapi hingga tahap terminasi, sehingga apabila sudah terjadi pemutusan hubungan dengan klien pada terapi sebelumnya untuk melanjutkan terapi jika suatu saat terjadi masalah lagi maka pekerja sosial akan mudah dalam melihat masalah sebelumnya dan penanganan yang telah diberikan pada klien, Untuk itu seorang pekerja sosial dalam suatu lembaga harus terampil dalam membuat case record dari masalah-masalah yang dihadapi kliennya,sehingga dapat diketahui cara yy tepat dalam mengatasi masalah,care record berisikan latar belakang klien,latar belakang orang tua klien,masalah,serta kondisi emosional klien dalam menyikapi masalah,cara-cara yang diberikan dalam mengatasi klien. case record juga berisikan tentang diagnosa yang dibuat oleh seorang pekerja sosial dalam melihat dan menganalisis masalah yang dihadapi klien,baik faktor internal maupun faktor eksternal,berikut adalah contoh sederhana dari case record : CASE RECORD 1.1 Data-data klien Nama : Rika Mayrani Umur : 18 Tahun Alamat : JL.Jamin Ginting km 13 Medan Pekerjaan : Pelajar Agama : Islam Suku Bangsa : Jawa Pendidikan : SMA 1.2 Data-data Orang Tua Klien A.Laki-laki Nama : Suparmin Umur : 42 Tahun Alamat : JL.Jamin Ginting km 13 Medan Pekerjaan : Tukang Bangunan Agama : Islam Pendidikan : SMA Hubungan dengan Klien :hubungan antara Orang Tua dengan Anak yang kurang harmonis dan kurang terlibat dalam memantau pergaulan anak. B.Perempuan Nama : Ratih Fatimah Umur : 40 Tahun Alamat : JL.Jamin Ginting km 13 Medan Pekerjaan : Petani Agama : Islam Pendidikan :SMP Hubungan dengan Klien : hubungan antara Orang Tua dengan Anak yang kurang harmonis,kurang terjalin interaksi yang baik. II.Latar Belakang Keluarga/Masalah Kondisi Ekonomi Keluarga : Kurang mampu Jumlah Anggota Keluarga : 6 Orang Anak keberapa : pertama Pola Komunikasi dengan Keluarga: Hanya berkomunikasi saat-saat tertentu,tidak ada kumpul bersama saat makan dan jarang melakukan aktivitas bersama dalam keluarga. Hubungan dengan Lingkungan : Tidak bersosialisasi dengan baik hanya beberapa tetangga saja yang dikenal. III.Masalah Berlatar belakang dari keadaan ekonomi keluarga yang sulit,dan kehidupan pergaulan yang memaksa untuk mendapat duit sementara keluarga tidak mampu dalam memberi semua keinginan dari klien seperti memberi barang-barang mewah dan uang jajan yang berlebih. Klien dengan himpitan ekonomi ini melihat gaya hidup teman-teman sebayanya merasa perlu mengikuti life style,gadget,mode pakaian ,ditengah situasi seperti ini maka klien memutuskan untuk mencari sumber pendapatan lain untuk mendapatkan apa yang ia inginkan ,dengan mengorbankan harga diri dan kesucian,ditambah dengan proteksi keluarga yang lemah,kurang memperhatikan anaknya dan menanamkan pemahaman agama kepada anaknya. Klien yang pada masa remaja ini masih ingin berteman secara berkelompok dan bberteman dengan kelompok pergaulan yang salah yang Pada awalnya salah satu teman dalam kelompok pergaulannya terlihat memiliki barang-barang mewah sementara kondisi keluarga tidak jauh berbeda dengan kondisi klien,memberi tahu dan memperkenalkan cara mendapat uang dengan menjadi PSK pelajar maka klien mengikuti jejak temannya ini. IV. Tahap-tahap Penanganan Masalah A.Intakc Process Melalui beberapa tahap wawancara dengan klien,dan mengamati kehidupan baik lingkungan pergaulan maupun lingkungan keluarga klien maka dapat diketahui hal-hal berikut: a.Perasaan Marah -klien merasa bahwa dirinya sangat tidak beruntung hidup dalam kondisi ekonomi yang kekurangan,yang membuatnya tidak dapat memiliki apa yang orang lain bisa dapatkan,merasa hidup tidak adil,hidup hanya dapat dirasakan menyenangkan oleh orang-orang kaya saja sementara dirinya tidak dapat memiliki apa-apa. -Klien merasa kurang mendapat kasih sayang dan perhatian penuh dari keluarga yang sibuk dengan mencari uang yang dengan penghasilan hanya cukup untuk membeli kebutuhan dasar sehari-hari saja,ditambah dengan keadaan keluarga yang kurang harmonis yang sering terjadi pertengkaran dalam keluarga karena masalah ekonomi. b.Perasaan bersalah -klien merasa sangat berdosa karena pada dasarnya mereka mengetahui apa yang dilakukanya adalah perbuatan yang tercela yang tidak dibenarkan dalam agama,dalam batin klien slalu merasa bersalah telah melakukan perbuatan itu. -Merasa bersalah pada dirinya sendiri kerap dialami oleh klien,karena menyadari bahwa apa yang ia lakukan telah salah dan merasa sudah tidak mampu lagi memperbaiki apa yang telah ia lakukan .klien merasa sudah mengorbankan miliknya yang berharga dan merasa bahwa dirinya sudah dirugikan atas pekerjaannya selama ini. -Klien tidak mampu memenuhi harapan keluarganya yang ingin melihat hidup anaknya jauh lebih baik dari kondisi kehidupannya saat ini,merasa bahwa dirinya sudah sangat mengecewakan orang tuanya. c. perasaan keterasingan(feeling of isolation) -menurunya rasa percaya diri sehingga merasa sungkan dalam bergaul dengan masyarakat,klien merasa bahwa masyarakat akan menganngap remeh dirinya dan hanya akan mendapat cemoohan dari masyarakat . -Klien merasa masyarakat akan menganggap dan memandang rendah keluarganya karena dianggap tidak mampu memberi didikan yang baik bagi anaknya.sehingga masyarakat akan mengucilkan dirinya dan keluarganya juga. d.perasaan ketakutan(feeling of fear) -klien merasa tidak memiliki potensi apapun yang dapat ia kembangkan baik prestasi dalam sekolah maupun keterampilan dalam mambantu keluarga untuk memenuhi kebutuhan,takut akan tetap terjebak dalam situasi keluarga yang susah dan tidak ada kemajuan yang dialaminya. e.perasaan depresi -tekanan dalam diri klien yang diakibatkan dari rasa marah,rasa bersalah,terasing dan ketakutan membuat klien akan semakin terpuruk dan akhirnya bisa mengakibatkan jiwa klien depresi atau stres.merasa bimbang akan kebutuhan uang dengan perasaan berdosa atau juga perasaan tidak aman akan statusnya yang sudah menjalani pekerjaan sebaga psk . -merasa sudah kehilangan keluarga,karena malu dan bersalah telah mengecewakan keluarga,sahabat,dan orang-orang yang ia sayangi. -Merasa sudah tidak memiliki apa yang berharga dari dirinya,dan menganggap bahwa dirinya sudah tidak memiliki apa yang dapat ia banggakan sehingga bimbang dalam menjalani kehidupan kedepanya,akan masa depan yang menantinya dan bimbang apakah mampu bersosialisasi kembali dengan keluarga dan masyarakat yang ia anggan akan memandang rendah dirinya. B.Diagnosa Ekonomi sulit membuat klien yang butuh duit karena hidupnya selalu terhimpit oleh tekanan hidup,klien yang masih duduk di bangku kelas tiga SMA ini yang masih sangat labil mental psikologisnya ,diusia semuda ini ,maka klien sangat rentan menjadi korban pemahaman modernisasi yang salah diartikannya,yang menganggap bahwa menjadi bagian kehidupan modern adalah dengan mengikuti apapun yang ditawarkan oleh pasar apalagi sedang trendi saat ini seperti barang-barang mewah seperti baju,dan gadget. Klien yang berasal dari keluarga tidak mampu setiap harinya hanya bisa melihat,menyaksikan ,dan melihat lagi segala bentuk kemewahan tanpa bisa menikmatinya sebab tidak memiliki uang ,rasa ingin memiliki itu lalu menyebabkan klien memilih jalan pintas.kemewahan yang sesaat yang ia dapat dengan mengorbankan harga diri dan kesucian. Orang tua seharusnya mampu membentengi anak dengan proteksi yang kuat dengan membina komunikasi yang baik dengan anak dan memberi pemahaman agama kepada anak,sehingga anak tidak dengan mudah terseret arus pergaulan yang tidak benar. C.Plan of Treatment 1.pengembangan mengenali potensi klien Dalam hal ini dilihat apa potensi yang dimiliki oleh klien yang dapat dikembangkan sehingga klien tidak kembali ke pekerjaannya selama ini dan dilihat juga bahwa klien masih berada di bangku sekolah maka diajarkan kepada klien untuk mendapat uang jajan tidak boleh dengan melakukan perbuatan yg salah dapat juga dengan berjualan makanan atau minuman yg dapat menghasilkan uang maka kepada klien diajarkan untuk membuat makanan atau minuman yang dapat klien jual ke masyarakat sekitar untuk menambah uang jajan dan kebutuhan sekolahnya. 2.menanamkan dan membentuk kepribadian dan mentalitas dalam diri klien Membentuk pribadi klien yang tidak mudah terhasut oleh ajakan teman apalagi yang salah,pandai memilih dan memilah mana panutan yang baik dan mana yang bukan,mengajarkan bahwa modernisasi bukanlah harus sepenuhnya diikuti,dan bukan modernisasi yang berdampak buruk bagi kita yang menjadi tren yang harus diikuti namun modernisasi kearah pola pikir yang dapat membantu perkembangan sekolah yg patut ditiru bukan yang merugikan. 3.menghilangkan hambatan yang ada pada diri klien Membantu klien dalam menghilangkan rasa malu dan ragu dalam berinteraksi kembali dalam lingkungan keluarga dan masyarakat,agar klien merasa dapat diterima oleh keluarga dan masyarakat. D.Treatment -Pendidikan Memberi pemahaman-pemahaman yang baik dan mendidik bagi klien sehingga klien mengetahui apa yang baik dan benar dan akibat yang akan ditimbulkan. -keterampilan Memberi pelatihan dalam pengembangan potensi klien seperti membuat kerajinan tangan atau membuat makanan dan minuman yang dapat klien gunakan sebagai modal dalam mengembangkan pendapatannya sehingga klien tidak tergantung lagi dengan pekerjaan lama yang ia lakukan. -kerohanian Mengajak klien untuk mengikuti kegiatan agama untuk memahami agama karna dalam ajaran agama klien juga akan diajarkan tentang batasan-batasan mana yang baik dan salah,dengan mendekatkan diri dengan kegiatan agama maka klien akan merasa jauh lebih tenang dan merasa banyak solusi yang baik bagi masalahnya,tidak tertekan selalu dengan masalahnya. E.Follow Up Memantau terus perkembangan klien,sehingga dapat diketahui apa saja kendala dan hambatan yang dialami oleh klien dalam mengatasi masalahnya,dan dapat dibantu bagaimana mengatasi hambatan-hambatan yang dialami klien. F. Terminasi Tahap ini adalah tahap terakhir yaitu memutuskan hubungan dengan klien sehingga klien sudah mandiri dan mampu dalam mengatasi masalahnya sendiri dan tidak terus bergantung .

No comments:

Post a Comment

Friday 14 November 2014

Contoh Case Record dalam praktek pekerja sosial

Case Record sangat di perlukan dalam menangani kasus-kasus klien,dalam hal ini case record berguna memudahkan seorang pekerja sosial dalam memantau bagaimana perkembangan klien saat awal dari terapi hingga tahap terminasi, sehingga apabila sudah terjadi pemutusan hubungan dengan klien pada terapi sebelumnya untuk melanjutkan terapi jika suatu saat terjadi masalah lagi maka pekerja sosial akan mudah dalam melihat masalah sebelumnya dan penanganan yang telah diberikan pada klien, Untuk itu seorang pekerja sosial dalam suatu lembaga harus terampil dalam membuat case record dari masalah-masalah yang dihadapi kliennya,sehingga dapat diketahui cara yy tepat dalam mengatasi masalah,care record berisikan latar belakang klien,latar belakang orang tua klien,masalah,serta kondisi emosional klien dalam menyikapi masalah,cara-cara yang diberikan dalam mengatasi klien. case record juga berisikan tentang diagnosa yang dibuat oleh seorang pekerja sosial dalam melihat dan menganalisis masalah yang dihadapi klien,baik faktor internal maupun faktor eksternal,berikut adalah contoh sederhana dari case record : CASE RECORD 1.1 Data-data klien Nama : Rika Mayrani Umur : 18 Tahun Alamat : JL.Jamin Ginting km 13 Medan Pekerjaan : Pelajar Agama : Islam Suku Bangsa : Jawa Pendidikan : SMA 1.2 Data-data Orang Tua Klien A.Laki-laki Nama : Suparmin Umur : 42 Tahun Alamat : JL.Jamin Ginting km 13 Medan Pekerjaan : Tukang Bangunan Agama : Islam Pendidikan : SMA Hubungan dengan Klien :hubungan antara Orang Tua dengan Anak yang kurang harmonis dan kurang terlibat dalam memantau pergaulan anak. B.Perempuan Nama : Ratih Fatimah Umur : 40 Tahun Alamat : JL.Jamin Ginting km 13 Medan Pekerjaan : Petani Agama : Islam Pendidikan :SMP Hubungan dengan Klien : hubungan antara Orang Tua dengan Anak yang kurang harmonis,kurang terjalin interaksi yang baik. II.Latar Belakang Keluarga/Masalah Kondisi Ekonomi Keluarga : Kurang mampu Jumlah Anggota Keluarga : 6 Orang Anak keberapa : pertama Pola Komunikasi dengan Keluarga: Hanya berkomunikasi saat-saat tertentu,tidak ada kumpul bersama saat makan dan jarang melakukan aktivitas bersama dalam keluarga. Hubungan dengan Lingkungan : Tidak bersosialisasi dengan baik hanya beberapa tetangga saja yang dikenal. III.Masalah Berlatar belakang dari keadaan ekonomi keluarga yang sulit,dan kehidupan pergaulan yang memaksa untuk mendapat duit sementara keluarga tidak mampu dalam memberi semua keinginan dari klien seperti memberi barang-barang mewah dan uang jajan yang berlebih. Klien dengan himpitan ekonomi ini melihat gaya hidup teman-teman sebayanya merasa perlu mengikuti life style,gadget,mode pakaian ,ditengah situasi seperti ini maka klien memutuskan untuk mencari sumber pendapatan lain untuk mendapatkan apa yang ia inginkan ,dengan mengorbankan harga diri dan kesucian,ditambah dengan proteksi keluarga yang lemah,kurang memperhatikan anaknya dan menanamkan pemahaman agama kepada anaknya. Klien yang pada masa remaja ini masih ingin berteman secara berkelompok dan bberteman dengan kelompok pergaulan yang salah yang Pada awalnya salah satu teman dalam kelompok pergaulannya terlihat memiliki barang-barang mewah sementara kondisi keluarga tidak jauh berbeda dengan kondisi klien,memberi tahu dan memperkenalkan cara mendapat uang dengan menjadi PSK pelajar maka klien mengikuti jejak temannya ini. IV. Tahap-tahap Penanganan Masalah A.Intakc Process Melalui beberapa tahap wawancara dengan klien,dan mengamati kehidupan baik lingkungan pergaulan maupun lingkungan keluarga klien maka dapat diketahui hal-hal berikut: a.Perasaan Marah -klien merasa bahwa dirinya sangat tidak beruntung hidup dalam kondisi ekonomi yang kekurangan,yang membuatnya tidak dapat memiliki apa yang orang lain bisa dapatkan,merasa hidup tidak adil,hidup hanya dapat dirasakan menyenangkan oleh orang-orang kaya saja sementara dirinya tidak dapat memiliki apa-apa. -Klien merasa kurang mendapat kasih sayang dan perhatian penuh dari keluarga yang sibuk dengan mencari uang yang dengan penghasilan hanya cukup untuk membeli kebutuhan dasar sehari-hari saja,ditambah dengan keadaan keluarga yang kurang harmonis yang sering terjadi pertengkaran dalam keluarga karena masalah ekonomi. b.Perasaan bersalah -klien merasa sangat berdosa karena pada dasarnya mereka mengetahui apa yang dilakukanya adalah perbuatan yang tercela yang tidak dibenarkan dalam agama,dalam batin klien slalu merasa bersalah telah melakukan perbuatan itu. -Merasa bersalah pada dirinya sendiri kerap dialami oleh klien,karena menyadari bahwa apa yang ia lakukan telah salah dan merasa sudah tidak mampu lagi memperbaiki apa yang telah ia lakukan .klien merasa sudah mengorbankan miliknya yang berharga dan merasa bahwa dirinya sudah dirugikan atas pekerjaannya selama ini. -Klien tidak mampu memenuhi harapan keluarganya yang ingin melihat hidup anaknya jauh lebih baik dari kondisi kehidupannya saat ini,merasa bahwa dirinya sudah sangat mengecewakan orang tuanya. c. perasaan keterasingan(feeling of isolation) -menurunya rasa percaya diri sehingga merasa sungkan dalam bergaul dengan masyarakat,klien merasa bahwa masyarakat akan menganngap remeh dirinya dan hanya akan mendapat cemoohan dari masyarakat . -Klien merasa masyarakat akan menganggap dan memandang rendah keluarganya karena dianggap tidak mampu memberi didikan yang baik bagi anaknya.sehingga masyarakat akan mengucilkan dirinya dan keluarganya juga. d.perasaan ketakutan(feeling of fear) -klien merasa tidak memiliki potensi apapun yang dapat ia kembangkan baik prestasi dalam sekolah maupun keterampilan dalam mambantu keluarga untuk memenuhi kebutuhan,takut akan tetap terjebak dalam situasi keluarga yang susah dan tidak ada kemajuan yang dialaminya. e.perasaan depresi -tekanan dalam diri klien yang diakibatkan dari rasa marah,rasa bersalah,terasing dan ketakutan membuat klien akan semakin terpuruk dan akhirnya bisa mengakibatkan jiwa klien depresi atau stres.merasa bimbang akan kebutuhan uang dengan perasaan berdosa atau juga perasaan tidak aman akan statusnya yang sudah menjalani pekerjaan sebaga psk . -merasa sudah kehilangan keluarga,karena malu dan bersalah telah mengecewakan keluarga,sahabat,dan orang-orang yang ia sayangi. -Merasa sudah tidak memiliki apa yang berharga dari dirinya,dan menganggap bahwa dirinya sudah tidak memiliki apa yang dapat ia banggakan sehingga bimbang dalam menjalani kehidupan kedepanya,akan masa depan yang menantinya dan bimbang apakah mampu bersosialisasi kembali dengan keluarga dan masyarakat yang ia anggan akan memandang rendah dirinya. B.Diagnosa Ekonomi sulit membuat klien yang butuh duit karena hidupnya selalu terhimpit oleh tekanan hidup,klien yang masih duduk di bangku kelas tiga SMA ini yang masih sangat labil mental psikologisnya ,diusia semuda ini ,maka klien sangat rentan menjadi korban pemahaman modernisasi yang salah diartikannya,yang menganggap bahwa menjadi bagian kehidupan modern adalah dengan mengikuti apapun yang ditawarkan oleh pasar apalagi sedang trendi saat ini seperti barang-barang mewah seperti baju,dan gadget. Klien yang berasal dari keluarga tidak mampu setiap harinya hanya bisa melihat,menyaksikan ,dan melihat lagi segala bentuk kemewahan tanpa bisa menikmatinya sebab tidak memiliki uang ,rasa ingin memiliki itu lalu menyebabkan klien memilih jalan pintas.kemewahan yang sesaat yang ia dapat dengan mengorbankan harga diri dan kesucian. Orang tua seharusnya mampu membentengi anak dengan proteksi yang kuat dengan membina komunikasi yang baik dengan anak dan memberi pemahaman agama kepada anak,sehingga anak tidak dengan mudah terseret arus pergaulan yang tidak benar. C.Plan of Treatment 1.pengembangan mengenali potensi klien Dalam hal ini dilihat apa potensi yang dimiliki oleh klien yang dapat dikembangkan sehingga klien tidak kembali ke pekerjaannya selama ini dan dilihat juga bahwa klien masih berada di bangku sekolah maka diajarkan kepada klien untuk mendapat uang jajan tidak boleh dengan melakukan perbuatan yg salah dapat juga dengan berjualan makanan atau minuman yg dapat menghasilkan uang maka kepada klien diajarkan untuk membuat makanan atau minuman yang dapat klien jual ke masyarakat sekitar untuk menambah uang jajan dan kebutuhan sekolahnya. 2.menanamkan dan membentuk kepribadian dan mentalitas dalam diri klien Membentuk pribadi klien yang tidak mudah terhasut oleh ajakan teman apalagi yang salah,pandai memilih dan memilah mana panutan yang baik dan mana yang bukan,mengajarkan bahwa modernisasi bukanlah harus sepenuhnya diikuti,dan bukan modernisasi yang berdampak buruk bagi kita yang menjadi tren yang harus diikuti namun modernisasi kearah pola pikir yang dapat membantu perkembangan sekolah yg patut ditiru bukan yang merugikan. 3.menghilangkan hambatan yang ada pada diri klien Membantu klien dalam menghilangkan rasa malu dan ragu dalam berinteraksi kembali dalam lingkungan keluarga dan masyarakat,agar klien merasa dapat diterima oleh keluarga dan masyarakat. D.Treatment -Pendidikan Memberi pemahaman-pemahaman yang baik dan mendidik bagi klien sehingga klien mengetahui apa yang baik dan benar dan akibat yang akan ditimbulkan. -keterampilan Memberi pelatihan dalam pengembangan potensi klien seperti membuat kerajinan tangan atau membuat makanan dan minuman yang dapat klien gunakan sebagai modal dalam mengembangkan pendapatannya sehingga klien tidak tergantung lagi dengan pekerjaan lama yang ia lakukan. -kerohanian Mengajak klien untuk mengikuti kegiatan agama untuk memahami agama karna dalam ajaran agama klien juga akan diajarkan tentang batasan-batasan mana yang baik dan salah,dengan mendekatkan diri dengan kegiatan agama maka klien akan merasa jauh lebih tenang dan merasa banyak solusi yang baik bagi masalahnya,tidak tertekan selalu dengan masalahnya. E.Follow Up Memantau terus perkembangan klien,sehingga dapat diketahui apa saja kendala dan hambatan yang dialami oleh klien dalam mengatasi masalahnya,dan dapat dibantu bagaimana mengatasi hambatan-hambatan yang dialami klien. F. Terminasi Tahap ini adalah tahap terakhir yaitu memutuskan hubungan dengan klien sehingga klien sudah mandiri dan mampu dalam mengatasi masalahnya sendiri dan tidak terus bergantung .

No comments:

Post a Comment