Sunday 16 November 2014

MAKALAH JENIS DAN TIPOLOGI DESA

KATA PENGANTAR

 

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul, Jenis dan Tipologi Desa.

Ucapan terima kasih pertama-tama saya tunjukan kepada Ibu Mastauli Siregar S.sos,M.si selaku dosen matakuliah Dinamika Masyarakat Pedesaan yang mana telah memberikan tugas ini kepada kami (kelompok 5), terimakasih kepada rekan-rekan penulis yang mana telah membantu dan menuangkan ide-ide kreatifnya dalam penyusunan makalah ini, dan kami juga mengucapkan terimakasih kepada sumber-sumber yang telah tersedia yang mana atas informasinya telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami sampaikan. Apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan kata ataupun penyusunannya, kami (kelompok 5) memohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan untuk melengkapi makalah ini, kami berharap Ibu/Bapak dan teman-teman sekalian dapat memberikan pendapat, kritikan, ataupun saran.

Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat untuk kita semua . akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Medan,  Oktober  2014

 

    Penulis

 

 

 

 

 

                                                                                                         BAB I       

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa merupakan suatu pemanfaatan lahan atau tanah oleh penduduk atau masyarakat yang bersifat agraris serta bangunan rumah tinggal yang terpencar (jarang). Desa yang merupakan sutu wilayah yang penduduknya atau masyarakatnya bermatapencaharian poko dibidang pertanian, bercocok tanam, atau agraria, nelayan. Jika dilihat dari segi social budaya, desa tampak dari hubungan social antar penduduknya yang bersifat khas, yakni hubungan kekeluargaan, bersifat pribadi, tidak banyak pilihan, kurang tampak adanya pengkotaan, ataudengan kata lain bersifat homogeny, serta bergotong royong.

Telah diketahui sedikit pengertian dari desa serta sejarah desa yang mana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia secara bersama-sama mewujudkan suatu masyarakat, dan kemudian menempti territorial. Banyak alas an yang membuat mereka bertahan hidup salah satunya ialah untuk mencapai kemajuan hidupnya. Dari sinilah muncul berbagai tipe desa, ada desa petani, desa nelayan, desa petrnak dan yang lainnya yang pada akhirnya memculkan suatu bentuk tipologi desa, karena adanya potensi-potensi dasar dalam menigkatkan pembangunan desa, tipe-tipe desa dalam pembangunan yang diupayakan untuk meratakan pembanguanan dalam rangka mempertinggi tingkat pendapatan sebagian besar masyarakat setempat. Adanya indikator-indikator tingkat perkembangan desa yang bisa menjadi tolak ukur dalam melihat suatu hasil proses kegiatan dalam pembangunan desa yang telah dicapai. Serta Tingkat klasifikasi perkembangan desa, yaitu desa swadaya, desa swakarya, desa swasembada.yang dilihat berdasarkan kesamaan tingkat perembangannya atas dasar factor pembangunan.

 

 

 

                                                                                                         BAB II     

Rumusan Masalah

a. Apakah pengertian desa?

b. Bagaimana karakteristik kehidupan masyarakat desa?

c. Apa saja tipologi-tipologi desa?

 

 

                                                                                                         BAB III    

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Desa

 

Pengertian desa dan perdesaan sering dikaitkan dengan pengertian village dan rural. Sering pula dibandingkan dengan kota (town/city) dan perkotaan (urban). Perdesaan (rural) menurut Wojowasito dan Poerwodarminto (1972) diartikan seperti desa atau seperti di desa dan perkotaan (urban) diartikan seperti kota atau seperti di kota.

 

Berdasarkan batasan tersebut, perdesaan dan perkotaan mengacu kepada karakteristik masyarakat, sedangkan desa dan kota merujuk pada suatu satuan wilayah administrasi atau teritorial. Dalam kaitan ini suatu daerah perdesaan dapat mencakup beberapa desa. Untuk lebih jelasnya mengenai definisi desa dapat kita simak beberapa pandangan dari para ahli sebagamana yang dikemukakan berikut ini.

       1. Ferdinand Tonnies, desa merupakan tempat di mana masyarakat yang bersifat gemeinschaft yaitu saling terikat oleh perasaan dan persatuan yang erat.

       2. Teer Haar, desa adalah suatu kumpulan manusia yang tetap dan teratur dengan pemerintahan dan kekayaan materil dan immateril sendiri.

       3. Boeke, desa merupakan suatu masyarakat yang religius yang diikat oleh tradisi bersama para warga penanam bahan makanan yang sedikit banyak mempunyai hubungan kebangsaan.

       4. Soetardjo Kartohadikoesoemo, desa adalah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengada-kan pemerintahan sendiri.

       5. Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi, sosial, ekonomi, politik, dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.

       6. E.A. Mokodompit, desa merupakan suatu kesatuan teritorial, kekerabatan, nilai, dan aktivitas dari beberapa keluarga.

      

       7. Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. Karakteristik kehidupan Masyakat desa

Secara umum, dalam kehidupa masyarakat di pedesan dapat dilihat dari beberapa karakteristik yang mereka miliki, sebagaimana dikemukakan oleh Roucek dan Warren (1963 : 78) sebagai berikut :

a. Mereka memiliki sifat yang homogen dalam hal (mata pencaharian, nilai-nilai dalam kebudayaan, serta dalam sikap dan tingkah laku).

b. Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi. Artinya semua anggota keluarga turut bersama-sama terlibat dalam kegiatan pertanian ataupun mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Dan juga sangat ditentukan oleh kelompok primer. Yakni dalam memecahkan suatu masalah, keluarga cukup memainkan peranan dalam pengambilan keputusan final.

c. Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada (misalnya keterikatan anggota masyarakat dengan tanah atau desa kelahirannya).

d. Hubungan sesama anggota masyrakat lebih intim dan awet daripada di kota. Serta jumlah anak di keluarga inti lebih banyak/besar

 

C.     Tipologi Desa

1.   Tipologi Desa Berdasarkan Sistem Ikatan Kekerabatan

Berdasarkan ciri-ciri fisik desa dalam sistem kehidupan masyarakat, maka terbentuklan ikatan-ikatan kekerabatan di dalam wilayah pemukiman penduduk. Setidaknya ada tiga sistem ikatan kekerabatan yang membentuk tipe-tipe desa di Indonesia, yakni:

a.      Tipe Desa Geneologis,

Suatu desa yang ditempati oleh sejumlah penduduk dimana masyarakatnya mempunyai ikatan secara keturunan atau masih mempunyai hubungan pertalian darah. Desa yang terbentuk secara geneologis dapat dibedakan atas tipe patrilineal, matrilineal, dan campuran.

 

b.      Tipe Desa Teritorial,

Suatu desa yang ditempati sejumlah penduduk atas dasar suka rela. Desa teritorial terbentuk menjadi tempat pemukiman penduduk berdasarkan kepentingan bersama, dengan demikian mereka tinggal di suatu desa yang menjadi suatu masyarakat hukum dimana ikatan warganya didasarkan atas ikatan daerah, tempat atau wilayah tertentu.


c.       Tipe Desa Campuran,

Suatu desa dimana penduduknya mempunyai ikatan keturunan dan wilayah. Dalam bentuk ini, ikatan darah dan ikatan wilayah sama kuatnya.

 

2.   Tipologi Desa Berdasarkan Hamparan Tempat Tinggal

Berdasarkan hamparan tempat tinggal, maka desa dapat diklasifikasikan atas:

 

a.      Desa Pedalaman

Desa-desa yang tersebar di berbagai pelosok yang jauh dari kehidupan kota. Suasana ideal desa pedalaman pada umumnya lebih diwarnai dengan nuansa kedamaian, yaitu kehidupan sederhana, sunyi, sepi dalam lingkungan alam yang bersahabat.

 

 

 

b.  Desa Pegunungan

Desa Terdapat di daerah pegunungan,  Pemusatan tersebut  didorong kegotongroyongan penduduknya. Pertambahan penduduk memekarkan desa pegunungan itu ke segala arah, tanpa rencana. Pusat- pusat  kegiatan penduduk bergeser mengikuti pemekaran desa.

c.  Desa Dataran Tinggi

Desa yang berada di daerah pegunungan. Permukiman penduduk di sini umumnya memanjang sejajar dengan jalan raya yang menembus desa tsb. Jika desa mekar secara alami, tanah pertanian di luar desa sepanjang jalan raya menjadi permukiman baru. Ada kalanya pemekaran ke arah dalam ( di belakang perrmukiman lama ). Lalu dibuat jalan raya mengelilingi desa ( ring road ) agar permukiman baru tak terpencil.

 

d.  Desa Dataran Rendah

Desa yang letaknya berada di dataran rendah dan mata pencaharian dari desa dataran rendah biasanya bergantung pada sektor pertanian.

 

e.  Desa Pesisir/ Pantai

Desa yang berada di daerah pantai yang landai.  dapat tumbuh permukiman yang bermatapencarian di bidang perikanan, perkebunan kelapa dan perdagangan. Perluasan desa pantai itu dengan cara menyambung sepanjang pesisir, sampai bertemu dengan desa pantai lainnya. Pusat-pusat kegiatan industri kecil ( perikanan, pertanian ) tetap dipertahankan di dekat tempat tinggal semula.

 

3.   Tipologi Desa Berdasarkan Pola Pemukiman

1.      Menurut Paul Landis (1948) pada dasarnya terdapat empat tipe desa pertanian:

 

a.         Farm Village Type,

Suatu desa dimana orang bermukim secara besama-sama dalam suatu tempat dengan sawah ladang yang berada di sekitar tempat mereka. Tipe desa seperti ini banyak dijumpai di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

 

b.        Nebulous Farm Village Type,

Suatu desa dimana penduduknya bermukim bersama di suatu tempat, dan sebagian lainnya menyebar di luar pemukiman tersebut bersama sawah ladangnya.

 

c.         Arranged Isolated Farm Type,

Suatu desa dimana penduduknya bermukim di sekitar jalan-jalan yang menghubungkan dengan pusat perdagangan (trade center) dan selebihnya adalah sawah ladang mereka.

 

d.        Pure isolated farm type,

Suatu desa di mana penduduknya bermukim secara tersebar bersama sawah ladang mereka masing-masing.

 

2.      Soekandar Wiriaatmadja (1972) membagi pola pemukiman di pedesaan ke dalam empat pola, yakni:

 

a.      Pola Permukiman Menyebar

Rumah-rumah para petani tersebar berjauhan satu sama lain. Pola ini terjadi karena belum adanya jalan-jalan besar, sedangkan orang-orang harus mengerjakan tanahnya secara terus menerus. Dengan demikian, orang-orang tersebut terpaksa harus bertempat tinggal di dalam lahan mereka.

 

b.      Pola Permukiman Memanjang

Bentuk pemukiman yang terlentak di sepanjang jalan raya atau di sepanjang sungai, sedangkan tanah pertaniannya berada di belakang rumahnya masing-masing.

 

c.       Pola Permukiman Berkumpul

Bentuk pemukiman di mana rumah-rumah penduduk berkumpul dalam sebuah kampung, sedangkan tanah pertaniannya berada di luar kampung.

 

 

 

d.     Pola Permukiman Melingkar

Bentuk pemukiman di mana rumah-rumah penduduk melingkar mengikuti tepi jalan, sedangkan tanah pertaniannya berada di belakangnya.

 

4.   Tipologi Desa Berdasarkan mata pencaharian

Tipe masyarakat desa berdasarkan mata pencaharian pokok dapat diklasifikasikan dalam desa pertanian dan desa industri.

 

a.      Desa Pertanian terdiri atas:

1) desa pertanian dalam artian sempit yang meliputi: desa pertanian lahan basah dan lahan kering.

2) desa dalam artian luas yang meliputi: desa perkebunan milik rakyat, desa perkebunan milik swasta, desa nelayan tambak, desa nelayan laut, dan desa peternakan.

b.      Desa Industri yang memproduksi alat pertanian secara tradisional maupun modern.

 

5.  Tipologi Desa Derdasarkan Kegiatannya

Tipe desa berdasarkan kegiatannya dapat dikelompokan menjadi:

  

a.   Desa Agrobisnis adalah desa yang berorentasi pada sektor pertanian terutama pada sektor perdagangan produk hasil pertanian tersebut.

  

b.  Desa Agroindustri adalah desa yang berorientasi pada sektor pertanian terutama dalam bidang industri pertanian tersebut, baik dari segi teknologi pertanian maupun yang lainnya

  

c.  Desa Parawisata adalah desa yang berada di suatu daerah pariwisata dan mata pencaharian serta keseharian dari masyarakat desa tersebut sangat bergantung dari usaha yang mengandalkan sektor pariwisata dari desa tersebut.

  

d.   Desa non Pertanian adalah desa yang di dalam linkungan desa tersebut tidak ada lagi terlaksana kegiatan pertanian, melainkan usaha usaha yang dilakukan oleh masyarakat penduduk yang tinggal di desa tersebut yaitu berusaha bekerja diluar sektor pertanian. Contohnya dengan berdagang.

 

6.   Tipologi Desa Berdasarkan Perkembangannya

Berdasarkan perkembangannya, tipe desa di Indonesia terbagi atas empat tipe, yakni:

 

a.      Pra desa (Desa Tradisional)

Tipe desa semacam ini pada umumnya dijumpai dalam kehidupan masyarakat adat terpencil, dimana seluruh kehidupan masyarakatnya termasuk teknologi bercocok tanam, cara memelihara kesehatan, cara makan dan sebagainya masih sangat tergantung pada alam sekeliling mereka. Tipe desa seperti ini cenderung bersifat sporadis dan sementara.

 

b.  Desa Swadaya  (Desa terbelakang)

Suatu wilayah desa dimana masyarakat sebagian besar memenuhi  kebutuhannya dengan cara mengadakan sendiri. Desa ini umumnya terpencil dan masyarakatnya jarang  berhubungan dengan masyarakat luar, sehingga proses kemajuannya sangat lamban karena kurang berinteraksi  dengan wilayah lain atau bahkan tidak sama sekali.

   Ciri-ciri desa swadaya :

1) Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya.

2) Penduduknya jarang.

3) Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris.

4) Bersifat tertutup.

5) Masyarakat memegang teguh adat.

6) Teknologi masih rendah.

7) Sarana dan prasarana sangat kurang.

8) Hubungan antarmanusia sangat erat.

9) Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga

 

 

c. Desa Swakarya (Desa sedang berkembang)

Keadaannya sudah lebih maju dibandingkan desa   swadaya, dimana  masyarakatnya sudah mampu menjual kelebihan hasil produksi ke daerah lain  disampinguntuk memenuhi  kebutuhan sendiri. Interaksi sudah mulai nampak, walaupun intensitasnya belum terlalu sering.

Ciri-ciri desa swakarya :

1) Adanya pengaruh dari luar sehingga mengakibatkan perubahan pola pikir.

2) Masyarakat sudah mulai terlepas dari adat.

3) Produktivitas mulai meningkat.

4) Sarana prasarana mulai meningkat.

5) Adanya pengaruh dari luar yang mengakibatkan perubahan cara berpikir.

 

d. Desa Swasembada  (Desa maju)

Desa yang sudah mampu mengembangkan semua potensi yang dimiliki secara optimal.Hal ini ditandai dengan kemampuan masyarakatnyauntuk mengadakan interaksi dengan masyarakat luar, melakukan tukar-menukar barang dengan wilayah lain (fungsi perdaganagan) dan kemampuan untuk saling  mempengaruhi dengan penduduk di wilayah lain.darihasil interaksi tersebut, masyarakat dapat menyerap teknologi  baruuntuk memanfaatkan sumberdayanya sehingga proses pembangunan berjalandengan baik.

ciri-ciri desa swasembada adalah berikut :

1) Hubungan antarmanusia bersifat rasional.

2) Mata pencaharian homogen.

3) Teknologi dan pendidikan tinggi.

4) Produktifitas tinggi.

5) Terlepas dari adat.

6) Sarana dan prasarana lengkap dan modern

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

                      Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi. Artinya semua anggota keluarga turut bersama-sama terlibat dalam kegiatan pertanian ataupun mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Dan juga sangat ditentukan oleh kelompok primer. Yakni dalam memecahkan suatu masalah, keluarga cukup memainkan peranan dalam pengambilan keputusan final. Dari sinilah muncul berbagai tipe desa, ada desa petani, desa nelayan, desa petrnak dan yang lainnya yang pada akhirnya memculkan suatu bentuk tipologi desa, karena adanya potensi-potensi dasar dalam menigkatkan pembangunan desa, tipe-tipe desa dalam pembangunan yang diupayakan untuk meratakan pembanguanan dalam rangka mempertinggi tingkat pendapatan sebagian besar masyarakat setempat.

 

2. Saran

            Semoga dalam pembahasan makalah diatas dapat memberikan sedikit penjelasan dalam langkah kita untuk memahami apa – apa saja tipologi desa, karakteristik kehidupan masyarakat desa dan sosiologi pedesaan sehingga bisa menerapkan langkah yang lebih baik dalam meningkatkan kesejahteraan desa untuk keberlangsungan hidup yang lebih baik serta menerapkan adat istiadat yang bersifat positif dari masyarakat desa.

           

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Beratha, I nyoman, 1982. Desa, masyarakat desa pembangunan desa, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Wiriaatmadjah, Soekandar, 1987, Pokok-pokok Sosiologi Pedesaan, Jakarta : CV. Yasaguna.

Imam Asyari, Sapari, 1993, Sosiologi Kota Dan Desa, Surabaya : Usaha Nasional.

Leibo Jefta, SU, 1995, Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta : Andi Offset.

Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sajogyo & Pudjiwati Sajogyo. 1982. Sosiologi Pedesaan Jilid 2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sugihen, Bahrein T. 1996. Sosiologi Pedesaan (Suatu Pengantar). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

 

 

1 comment:

Sunday 16 November 2014

MAKALAH JENIS DAN TIPOLOGI DESA

KATA PENGANTAR

 

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul, Jenis dan Tipologi Desa.

Ucapan terima kasih pertama-tama saya tunjukan kepada Ibu Mastauli Siregar S.sos,M.si selaku dosen matakuliah Dinamika Masyarakat Pedesaan yang mana telah memberikan tugas ini kepada kami (kelompok 5), terimakasih kepada rekan-rekan penulis yang mana telah membantu dan menuangkan ide-ide kreatifnya dalam penyusunan makalah ini, dan kami juga mengucapkan terimakasih kepada sumber-sumber yang telah tersedia yang mana atas informasinya telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami sampaikan. Apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan kata ataupun penyusunannya, kami (kelompok 5) memohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan untuk melengkapi makalah ini, kami berharap Ibu/Bapak dan teman-teman sekalian dapat memberikan pendapat, kritikan, ataupun saran.

Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat untuk kita semua . akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Medan,  Oktober  2014

 

    Penulis

 

 

 

 

 

                                                                                                         BAB I       

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa merupakan suatu pemanfaatan lahan atau tanah oleh penduduk atau masyarakat yang bersifat agraris serta bangunan rumah tinggal yang terpencar (jarang). Desa yang merupakan sutu wilayah yang penduduknya atau masyarakatnya bermatapencaharian poko dibidang pertanian, bercocok tanam, atau agraria, nelayan. Jika dilihat dari segi social budaya, desa tampak dari hubungan social antar penduduknya yang bersifat khas, yakni hubungan kekeluargaan, bersifat pribadi, tidak banyak pilihan, kurang tampak adanya pengkotaan, ataudengan kata lain bersifat homogeny, serta bergotong royong.

Telah diketahui sedikit pengertian dari desa serta sejarah desa yang mana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia secara bersama-sama mewujudkan suatu masyarakat, dan kemudian menempti territorial. Banyak alas an yang membuat mereka bertahan hidup salah satunya ialah untuk mencapai kemajuan hidupnya. Dari sinilah muncul berbagai tipe desa, ada desa petani, desa nelayan, desa petrnak dan yang lainnya yang pada akhirnya memculkan suatu bentuk tipologi desa, karena adanya potensi-potensi dasar dalam menigkatkan pembangunan desa, tipe-tipe desa dalam pembangunan yang diupayakan untuk meratakan pembanguanan dalam rangka mempertinggi tingkat pendapatan sebagian besar masyarakat setempat. Adanya indikator-indikator tingkat perkembangan desa yang bisa menjadi tolak ukur dalam melihat suatu hasil proses kegiatan dalam pembangunan desa yang telah dicapai. Serta Tingkat klasifikasi perkembangan desa, yaitu desa swadaya, desa swakarya, desa swasembada.yang dilihat berdasarkan kesamaan tingkat perembangannya atas dasar factor pembangunan.

 

 

 

                                                                                                         BAB II     

Rumusan Masalah

a. Apakah pengertian desa?

b. Bagaimana karakteristik kehidupan masyarakat desa?

c. Apa saja tipologi-tipologi desa?

 

 

                                                                                                         BAB III    

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Desa

 

Pengertian desa dan perdesaan sering dikaitkan dengan pengertian village dan rural. Sering pula dibandingkan dengan kota (town/city) dan perkotaan (urban). Perdesaan (rural) menurut Wojowasito dan Poerwodarminto (1972) diartikan seperti desa atau seperti di desa dan perkotaan (urban) diartikan seperti kota atau seperti di kota.

 

Berdasarkan batasan tersebut, perdesaan dan perkotaan mengacu kepada karakteristik masyarakat, sedangkan desa dan kota merujuk pada suatu satuan wilayah administrasi atau teritorial. Dalam kaitan ini suatu daerah perdesaan dapat mencakup beberapa desa. Untuk lebih jelasnya mengenai definisi desa dapat kita simak beberapa pandangan dari para ahli sebagamana yang dikemukakan berikut ini.

       1. Ferdinand Tonnies, desa merupakan tempat di mana masyarakat yang bersifat gemeinschaft yaitu saling terikat oleh perasaan dan persatuan yang erat.

       2. Teer Haar, desa adalah suatu kumpulan manusia yang tetap dan teratur dengan pemerintahan dan kekayaan materil dan immateril sendiri.

       3. Boeke, desa merupakan suatu masyarakat yang religius yang diikat oleh tradisi bersama para warga penanam bahan makanan yang sedikit banyak mempunyai hubungan kebangsaan.

       4. Soetardjo Kartohadikoesoemo, desa adalah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengada-kan pemerintahan sendiri.

       5. Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi, sosial, ekonomi, politik, dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.

       6. E.A. Mokodompit, desa merupakan suatu kesatuan teritorial, kekerabatan, nilai, dan aktivitas dari beberapa keluarga.

      

       7. Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. Karakteristik kehidupan Masyakat desa

Secara umum, dalam kehidupa masyarakat di pedesan dapat dilihat dari beberapa karakteristik yang mereka miliki, sebagaimana dikemukakan oleh Roucek dan Warren (1963 : 78) sebagai berikut :

a. Mereka memiliki sifat yang homogen dalam hal (mata pencaharian, nilai-nilai dalam kebudayaan, serta dalam sikap dan tingkah laku).

b. Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi. Artinya semua anggota keluarga turut bersama-sama terlibat dalam kegiatan pertanian ataupun mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Dan juga sangat ditentukan oleh kelompok primer. Yakni dalam memecahkan suatu masalah, keluarga cukup memainkan peranan dalam pengambilan keputusan final.

c. Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada (misalnya keterikatan anggota masyarakat dengan tanah atau desa kelahirannya).

d. Hubungan sesama anggota masyrakat lebih intim dan awet daripada di kota. Serta jumlah anak di keluarga inti lebih banyak/besar

 

C.     Tipologi Desa

1.   Tipologi Desa Berdasarkan Sistem Ikatan Kekerabatan

Berdasarkan ciri-ciri fisik desa dalam sistem kehidupan masyarakat, maka terbentuklan ikatan-ikatan kekerabatan di dalam wilayah pemukiman penduduk. Setidaknya ada tiga sistem ikatan kekerabatan yang membentuk tipe-tipe desa di Indonesia, yakni:

a.      Tipe Desa Geneologis,

Suatu desa yang ditempati oleh sejumlah penduduk dimana masyarakatnya mempunyai ikatan secara keturunan atau masih mempunyai hubungan pertalian darah. Desa yang terbentuk secara geneologis dapat dibedakan atas tipe patrilineal, matrilineal, dan campuran.

 

b.      Tipe Desa Teritorial,

Suatu desa yang ditempati sejumlah penduduk atas dasar suka rela. Desa teritorial terbentuk menjadi tempat pemukiman penduduk berdasarkan kepentingan bersama, dengan demikian mereka tinggal di suatu desa yang menjadi suatu masyarakat hukum dimana ikatan warganya didasarkan atas ikatan daerah, tempat atau wilayah tertentu.


c.       Tipe Desa Campuran,

Suatu desa dimana penduduknya mempunyai ikatan keturunan dan wilayah. Dalam bentuk ini, ikatan darah dan ikatan wilayah sama kuatnya.

 

2.   Tipologi Desa Berdasarkan Hamparan Tempat Tinggal

Berdasarkan hamparan tempat tinggal, maka desa dapat diklasifikasikan atas:

 

a.      Desa Pedalaman

Desa-desa yang tersebar di berbagai pelosok yang jauh dari kehidupan kota. Suasana ideal desa pedalaman pada umumnya lebih diwarnai dengan nuansa kedamaian, yaitu kehidupan sederhana, sunyi, sepi dalam lingkungan alam yang bersahabat.

 

 

 

b.  Desa Pegunungan

Desa Terdapat di daerah pegunungan,  Pemusatan tersebut  didorong kegotongroyongan penduduknya. Pertambahan penduduk memekarkan desa pegunungan itu ke segala arah, tanpa rencana. Pusat- pusat  kegiatan penduduk bergeser mengikuti pemekaran desa.

c.  Desa Dataran Tinggi

Desa yang berada di daerah pegunungan. Permukiman penduduk di sini umumnya memanjang sejajar dengan jalan raya yang menembus desa tsb. Jika desa mekar secara alami, tanah pertanian di luar desa sepanjang jalan raya menjadi permukiman baru. Ada kalanya pemekaran ke arah dalam ( di belakang perrmukiman lama ). Lalu dibuat jalan raya mengelilingi desa ( ring road ) agar permukiman baru tak terpencil.

 

d.  Desa Dataran Rendah

Desa yang letaknya berada di dataran rendah dan mata pencaharian dari desa dataran rendah biasanya bergantung pada sektor pertanian.

 

e.  Desa Pesisir/ Pantai

Desa yang berada di daerah pantai yang landai.  dapat tumbuh permukiman yang bermatapencarian di bidang perikanan, perkebunan kelapa dan perdagangan. Perluasan desa pantai itu dengan cara menyambung sepanjang pesisir, sampai bertemu dengan desa pantai lainnya. Pusat-pusat kegiatan industri kecil ( perikanan, pertanian ) tetap dipertahankan di dekat tempat tinggal semula.

 

3.   Tipologi Desa Berdasarkan Pola Pemukiman

1.      Menurut Paul Landis (1948) pada dasarnya terdapat empat tipe desa pertanian:

 

a.         Farm Village Type,

Suatu desa dimana orang bermukim secara besama-sama dalam suatu tempat dengan sawah ladang yang berada di sekitar tempat mereka. Tipe desa seperti ini banyak dijumpai di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

 

b.        Nebulous Farm Village Type,

Suatu desa dimana penduduknya bermukim bersama di suatu tempat, dan sebagian lainnya menyebar di luar pemukiman tersebut bersama sawah ladangnya.

 

c.         Arranged Isolated Farm Type,

Suatu desa dimana penduduknya bermukim di sekitar jalan-jalan yang menghubungkan dengan pusat perdagangan (trade center) dan selebihnya adalah sawah ladang mereka.

 

d.        Pure isolated farm type,

Suatu desa di mana penduduknya bermukim secara tersebar bersama sawah ladang mereka masing-masing.

 

2.      Soekandar Wiriaatmadja (1972) membagi pola pemukiman di pedesaan ke dalam empat pola, yakni:

 

a.      Pola Permukiman Menyebar

Rumah-rumah para petani tersebar berjauhan satu sama lain. Pola ini terjadi karena belum adanya jalan-jalan besar, sedangkan orang-orang harus mengerjakan tanahnya secara terus menerus. Dengan demikian, orang-orang tersebut terpaksa harus bertempat tinggal di dalam lahan mereka.

 

b.      Pola Permukiman Memanjang

Bentuk pemukiman yang terlentak di sepanjang jalan raya atau di sepanjang sungai, sedangkan tanah pertaniannya berada di belakang rumahnya masing-masing.

 

c.       Pola Permukiman Berkumpul

Bentuk pemukiman di mana rumah-rumah penduduk berkumpul dalam sebuah kampung, sedangkan tanah pertaniannya berada di luar kampung.

 

 

 

d.     Pola Permukiman Melingkar

Bentuk pemukiman di mana rumah-rumah penduduk melingkar mengikuti tepi jalan, sedangkan tanah pertaniannya berada di belakangnya.

 

4.   Tipologi Desa Berdasarkan mata pencaharian

Tipe masyarakat desa berdasarkan mata pencaharian pokok dapat diklasifikasikan dalam desa pertanian dan desa industri.

 

a.      Desa Pertanian terdiri atas:

1) desa pertanian dalam artian sempit yang meliputi: desa pertanian lahan basah dan lahan kering.

2) desa dalam artian luas yang meliputi: desa perkebunan milik rakyat, desa perkebunan milik swasta, desa nelayan tambak, desa nelayan laut, dan desa peternakan.

b.      Desa Industri yang memproduksi alat pertanian secara tradisional maupun modern.

 

5.  Tipologi Desa Derdasarkan Kegiatannya

Tipe desa berdasarkan kegiatannya dapat dikelompokan menjadi:

  

a.   Desa Agrobisnis adalah desa yang berorentasi pada sektor pertanian terutama pada sektor perdagangan produk hasil pertanian tersebut.

  

b.  Desa Agroindustri adalah desa yang berorientasi pada sektor pertanian terutama dalam bidang industri pertanian tersebut, baik dari segi teknologi pertanian maupun yang lainnya

  

c.  Desa Parawisata adalah desa yang berada di suatu daerah pariwisata dan mata pencaharian serta keseharian dari masyarakat desa tersebut sangat bergantung dari usaha yang mengandalkan sektor pariwisata dari desa tersebut.

  

d.   Desa non Pertanian adalah desa yang di dalam linkungan desa tersebut tidak ada lagi terlaksana kegiatan pertanian, melainkan usaha usaha yang dilakukan oleh masyarakat penduduk yang tinggal di desa tersebut yaitu berusaha bekerja diluar sektor pertanian. Contohnya dengan berdagang.

 

6.   Tipologi Desa Berdasarkan Perkembangannya

Berdasarkan perkembangannya, tipe desa di Indonesia terbagi atas empat tipe, yakni:

 

a.      Pra desa (Desa Tradisional)

Tipe desa semacam ini pada umumnya dijumpai dalam kehidupan masyarakat adat terpencil, dimana seluruh kehidupan masyarakatnya termasuk teknologi bercocok tanam, cara memelihara kesehatan, cara makan dan sebagainya masih sangat tergantung pada alam sekeliling mereka. Tipe desa seperti ini cenderung bersifat sporadis dan sementara.

 

b.  Desa Swadaya  (Desa terbelakang)

Suatu wilayah desa dimana masyarakat sebagian besar memenuhi  kebutuhannya dengan cara mengadakan sendiri. Desa ini umumnya terpencil dan masyarakatnya jarang  berhubungan dengan masyarakat luar, sehingga proses kemajuannya sangat lamban karena kurang berinteraksi  dengan wilayah lain atau bahkan tidak sama sekali.

   Ciri-ciri desa swadaya :

1) Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya.

2) Penduduknya jarang.

3) Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris.

4) Bersifat tertutup.

5) Masyarakat memegang teguh adat.

6) Teknologi masih rendah.

7) Sarana dan prasarana sangat kurang.

8) Hubungan antarmanusia sangat erat.

9) Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga

 

 

c. Desa Swakarya (Desa sedang berkembang)

Keadaannya sudah lebih maju dibandingkan desa   swadaya, dimana  masyarakatnya sudah mampu menjual kelebihan hasil produksi ke daerah lain  disampinguntuk memenuhi  kebutuhan sendiri. Interaksi sudah mulai nampak, walaupun intensitasnya belum terlalu sering.

Ciri-ciri desa swakarya :

1) Adanya pengaruh dari luar sehingga mengakibatkan perubahan pola pikir.

2) Masyarakat sudah mulai terlepas dari adat.

3) Produktivitas mulai meningkat.

4) Sarana prasarana mulai meningkat.

5) Adanya pengaruh dari luar yang mengakibatkan perubahan cara berpikir.

 

d. Desa Swasembada  (Desa maju)

Desa yang sudah mampu mengembangkan semua potensi yang dimiliki secara optimal.Hal ini ditandai dengan kemampuan masyarakatnyauntuk mengadakan interaksi dengan masyarakat luar, melakukan tukar-menukar barang dengan wilayah lain (fungsi perdaganagan) dan kemampuan untuk saling  mempengaruhi dengan penduduk di wilayah lain.darihasil interaksi tersebut, masyarakat dapat menyerap teknologi  baruuntuk memanfaatkan sumberdayanya sehingga proses pembangunan berjalandengan baik.

ciri-ciri desa swasembada adalah berikut :

1) Hubungan antarmanusia bersifat rasional.

2) Mata pencaharian homogen.

3) Teknologi dan pendidikan tinggi.

4) Produktifitas tinggi.

5) Terlepas dari adat.

6) Sarana dan prasarana lengkap dan modern

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

                      Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi. Artinya semua anggota keluarga turut bersama-sama terlibat dalam kegiatan pertanian ataupun mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Dan juga sangat ditentukan oleh kelompok primer. Yakni dalam memecahkan suatu masalah, keluarga cukup memainkan peranan dalam pengambilan keputusan final. Dari sinilah muncul berbagai tipe desa, ada desa petani, desa nelayan, desa petrnak dan yang lainnya yang pada akhirnya memculkan suatu bentuk tipologi desa, karena adanya potensi-potensi dasar dalam menigkatkan pembangunan desa, tipe-tipe desa dalam pembangunan yang diupayakan untuk meratakan pembanguanan dalam rangka mempertinggi tingkat pendapatan sebagian besar masyarakat setempat.

 

2. Saran

            Semoga dalam pembahasan makalah diatas dapat memberikan sedikit penjelasan dalam langkah kita untuk memahami apa – apa saja tipologi desa, karakteristik kehidupan masyarakat desa dan sosiologi pedesaan sehingga bisa menerapkan langkah yang lebih baik dalam meningkatkan kesejahteraan desa untuk keberlangsungan hidup yang lebih baik serta menerapkan adat istiadat yang bersifat positif dari masyarakat desa.

           

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Beratha, I nyoman, 1982. Desa, masyarakat desa pembangunan desa, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Wiriaatmadjah, Soekandar, 1987, Pokok-pokok Sosiologi Pedesaan, Jakarta : CV. Yasaguna.

Imam Asyari, Sapari, 1993, Sosiologi Kota Dan Desa, Surabaya : Usaha Nasional.

Leibo Jefta, SU, 1995, Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta : Andi Offset.

Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sajogyo & Pudjiwati Sajogyo. 1982. Sosiologi Pedesaan Jilid 2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sugihen, Bahrein T. 1996. Sosiologi Pedesaan (Suatu Pengantar). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

 

 

1 comment: