URBANISASI DAN PENGANGGURAN DI KOTA
Dalam tulisan ini banyak menyoroti masalah tenaga
kerja dikota dunia ketiga, masalah yang dianggap berkaitan erat dengan
kemiskinan dipedesaan juga mengupas gejal urbanisasi berlebihan dengan mengajak
pembacanya untuk ikut memahami sebab-sebab dari pengangguran yang membengkak
didaerah perkotaan. Dimuat juga dalam tulisan ini mengenai
pesatnya proses urbanisasi yang dianggap sangat menentukan masalah-masalah
tenaga kerja yang terjadi dikota, serta teori mengenai penyerapan migrant dalam
perekonomian kota dan sebab timbulnya pengangguran.
Tulisan yang dimuat dalam buku ini juga menambah pemahaman tentang permasalahan
kota baik dinegara dunia ketiga lain maupun
diindonesia dalam hubungannya dengan urbanisasi, pengangguran, dan sektor
informal dikota.
Gejala urbanisasi disebabkan karena adanya
tekanan kebijakan terhadap industrialisasi modern,dimana kebijakan ini
mementingkan industry dan mengabaikan pertanian ditambah pula dengan
kecenderungan mementingkan kota (urban bias)
dalam investasi pemerintah dibidang sarana umum makin mendesak dan
merangsang kaum miskin di desa untuk pindah ke kota. Dengan
segala konsekuensi ekonomi dan sosial yang Nampak di kota-kota besar.
Jalan keluar dari
permasalahan ini menurut Todaro dan Stilkin dapat dicari terutama dalam
pembangunan yang lebih mementingkan fasilitas social didaerah pedesaan,
mengalokasikan lebih banyak dana untuk pembangunan
pertanian dan khususnya petani kecil, mengadakan land reform dan mengembangkan
industri kecil di desa.
Menurut McGee ada dua pandangan yang bertolak belakang
mengenai membengkaknya sektor tersier dikota. Pandangan pertama
menganggap membengkaknya sektor tersier sebagai petunjuk kegagalan ekonomi
sedangkan pandangan yang lain menganggap sebagai gejala dan suatu sistem yang
tidak stabil yang akhirnya akan dikoreksi dengan
pertumbuhan ekonomi yang menyeluruh.
Tidak ada hubungan yang ertat antara kemiskinan dan
tingkat pengangguran, kemiskinan jauh lebih meluas daripada pengangguran dan
para penganggur tidak tentu dari keluarga miskin. Disini, Indonesia
diketahui sebab-sebab angka pengangguran dikota dan juga didesa berdasarkan
data sensus dan survei nasional jauh lebih rendah daripada di Negara lain. Pertanyaannya, apakah konsep pengangguran relefan di Negara seperti
Indonesia dimana hanya sedikit penduduk mencari pekerjaan melalui saluran
formal dalam pasar tenaga kerja yang terorganisir.
Kota-kota di dunia
ketiga berkembang dengan sangat pesat pada setiap tahunnya berjuta orang pindah
dari desa ke kota walaupun kota besar tidak mampu
menyediakan pelayanan sanitasi kesehatan, perumahan, dan transportasi lebih
dari yang minimal kepada penduduk yang sangat padat itu. Produksi
disektor industri semakin meningkat, namun pengangguran maupun setengah
pengangguran dikota makin nampak.
Adapun kota besar sekarang ini yang sudah tergolong sangat besar
namun diperkirakan akan berkembang menjadi kota-kota yang lebih besar lagi
dalam tahun-tahun mendatang. Dorongan utama bermigrasi dari
desa kekota adalah untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik.
Mengingat kondisi kehidupan yang demikian buruk bagi kebanyakan penduduk kota maka migrasi tersebut menambah kondisi kehidupan yang
teramat parah didaerah pedesaan daripada perkembangan ekonomi di kota. Masalah
yang disebabkan oleh urbanisasi yang tak terkendali, suatu kelemahan dalam
sistem ekonomi yang terlalu mementingkan modernisasi industri di kota dan terlalu mengutamakan sektor modern di kota akibat
tidak dapat dipenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar baik untuk penduduk kota maupun
penduduk desa. Urbanisasi yang pesat juga merupakan suatu
kelemahan masyarakat yang tidak mampu menciptakan pasaran dalam negeri yang
memadai untuk mendorong produksi, baik sektor pertanian maupun industri
kebijaksanaan yang cenderung melindungi hasil-hasil pabrik negara. Kebijakan pembangunan yang mengabaikan sektor pertanian telah
menimbulkan tidak memadainya pertumbuhan pendapatan didaerah pedesaan. Beribu-ribu petani dipedesaan kehilangan tanah karena mekanisasi
pertanian sebelum waktunya, atau mengerjakan tanah pertanian yang sangat sempit
karena pertumbuhan penduduk yang sangat pesat, gejala ini menyebabkan penduduk
berusaha menyelamatkan diri dengan pindah kekota yang tumbuh dengan pesat.
Namun kenyataannya harapan untuk hidup yang lebih baik
ternyata tidak dapat terwujud.
Industrialisasi tidak mampu mendorong seluruh
masyarakat kesuatu tingkat yang lebih modern dan adil, hal ini memunculkan
strategi pembangunan yang dibutuhkan yaitu suatu strategi yang mengutamakan
peranan sektor pertanian dan peningkatan pendapatan orang-orang termiskin
dimasyarakat. Namun strategi ini tidak
terlakasana dengan baik sehingga belum nampak perubahan kebijakan urbanisasi
dan industrialisasi.
Ada tiga gejala yang
menunjukkan bahwa kota-kota telah tumbuh terlalu pesat untuk dapat mendukung
pertumbuhan ekonomi dinegara sedang berkembang ketiga gejala tersebut adalah :
1. Jumlah penganggur
dan setengah menganggur yang besar dan semakin meningkat
2. Proporsi tenaga
kerja yang bekerja pada sektor industri dikota hampir tidak dapat bertambah dan
semakin berkurang
3. Jumlah penduduk dan
tingkat pertumbuhan sudah begitu pesat sehingga pemerintah tidak mampu
memberikan pelayanan kesehatan, perumahan, dan transportasi yang memadai.
Kebanyakan negara sedang berkembang mengabaikan sektor
pertanian untuk mendapat sumber daya dalam upaya meningkatkan usaha
industrialisasi dan urbanisasi. Kebijakan yang mengutamakan urbandias akan memperlebar jurang pendapatan antara kota dan desa.
Keadaan ini yang mendorong tetap berlangsungnya tingkat migrasi yang tinggi
meskipun pengangguran dikota meningkat terus selama pendapatan didesa tetap
rendah dan upah disektor perkotaan lebih tinggi, maka kaum migrant dari desa akan terus mengalir kekota untuk mencari pekerjaan disektor
modern yang upahnya lebih baik walaupun sulit dimasuki.
Kebijakan-kebijakan
industrialisasi salah satu alasan yang dikemukakan untuk menekan para petani dan
usaha-usaha didesa didasarkan atas kenyakinan bahwa mereka tidak dapat
memberikan modal yang cukup untuk membiayai suatu program pembangunan jangka
panjang dalam hal ini orang desa dianggap tidak dapat menabung sebanyak apa
yang dapat ditabung oleh para pekerja dikota dan disektor industri. Karena
penduduk desa itu miskin, maka setiap tambahan pendapatan akan dibelanjakan
untuk kebutuhan pokok sedangkan pekerja dikota mampu menabung disini pemerintah
dapat menggunakan uang tersebut untuk menanam modal pada proyek pembangunan
dengan demikian, suatu masyarakat dapat mengakumulasikan modal untuk
kesinambungan peningkatan produksi hanya jika sektor perkotaan dan industri
berat tetap bekembang. Mengorbankan sektor pertanian untuk memperoleh modal dan
tenaga kerja murah yang dibutuhkan untuk memulai proses industrialisasi dapat
mengakibatkan penderitaan tetapi hal ini dianggap sebagai jalan pintas untuk
mencapai masa depan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat.
Sejalan dengan
meningkatnya migrasi desa kekota jumlah orang yang mencari pekerjaan disektor
industri semakin meningkat sedangkan jumlah pekerja yang dibutuhkan semakin
sedikit keadaan ini sangat berbeda dengan keadaan yang dihadapi oleh negara
barat pada permulaan revolusi industri sejak akhir abad ke-18 dan ke abad 19
pembagian kerja dapat jauh lebih banyak menekan biaya produksi dibandingkan
dengan penggunaan mesin yang masih sederhana oleh karena itu memungkinkan
pemilik pabrik mulai mengganti tenaga kerja dengan mesin daya serap tenaga
kerja yang rendah dari industri modern berarti bahwa pertumbuhan industri tidak
dapat memecahkan masalah kesempatan kerja dinegara berkembang. Maka tidak
diherankan tingkat pengangguran yang sangat tinggi diberbagai kota dinegara
sedang berkembang seperti Indonesia dalam keadaan seperti ini yaitu tingkat
pengangguran yang tinggi, maka menurut teori ekonomi tradisional, upah
semestinya menurun sebenarnya tidak dibutuhkan tingkat pengangguran setinggi
itu untuk terjadinya penurunan upah, karena dinegara sedang berkembang selalu
terdapat kelebihan tenaga kerja yang berebut untuk mendapat pekerjaan disektor
modern.
Kemungkinan besar
bahwa urbanisasi berlebih bisa semakin parah pertama ada beberapa bukti yang
menunjukkan bahwa tingkat migrasi semakin meningkat jika demikian penduduk yang
hidup dikota akan meningkat. Kedua migrasi paling
menonjol dikota-kota besar para pengusaha pabrik, importir, pedagang dan
penyalur besar yang berlokasi dikota-kota besar cenderung mempunyai pengaruh
yang dominan didalam pembuatan kebijakan dalam negeri dan internasional mereka
berusaha untuk mesmpertahankan dan menguatkan kebijakan perdagangan dan devisa
yang telah memusatkan kekayaan dan kekuasaan dipusat-pusat kota tindakan inilah
yang dapat menghalangi pembangunan baik sektor pertanian maupun kota-kota kecil
yang mempunyai potensi yang besar untuk industri padat karya.
Pertumbuhan penduduk
kota jauh lebih besar dari kemampuan pemerintah dinegara sedang berkembang
untuk menyediakan fasilitas yang memadai, dan banyak pemerintah tidak berusaha
lagi untuk menyediakan fasilitas pelayanan semakin besar suatu kota masalah
yang dihadapi lebih banyak dan lebih sulit terbukti bahwa pencemaran udara,
kebisingan, kemacetan lalu lintas, kejahatan, dan kesehatan cenderung tumbuh
lebih pesat daripada wilayah kota. Sumber-sumber daya yang lebih banyak,
pengelolaan yang lebih baik, dan pertumbuhan sektor informal yang lebih kuat
dipercaya kota dapat memberikan suatu kehidupan yang lebih baik kepada
penduduknya ahli perencanaan kota mengatakan bahwa tak ada urbanisasi berlebih
karena kota jauh lebih efisien daripada desa didalam menyediakan kesempatan kerja
dan pendapatan yang lebih tinggi mereka lebih optimis pertama, inflasi dinegara
industri telah meningkatkan biaya inpor bahan pangan dan mesin-mesin harus
dipikul oleh negara sedang berkembang. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang lebih
lamban didunia barat dan aturan-aturan baru yang membatasi perdangan telah
mengurangi permintaan akan hasil-hasil industri dari
negara yang sedang berkembang. Ketiga, melonjaknya harga
minyak telah memperlemah kedudukan ekonomi negara sedang berkembang karena
kondisi inilah masalah keseimbangan neraca pembayaran dan hutang luar negeri
semakin parah dan membatasi kemampuan ekonomi negara berkembang untuk
mempertahankan pertumbuhan kesempatan kerja dikota apalagi mempercepatnya.
Jika urbanisasi berlebih telah menjadi hal yang biasa
yang berkembang sendiri dan merusak maka memaksa orang tinggal didaerah
pedesaan bukanlah jalan keluar. Karena migrasi sering merupakan suatu usaha
yang nekad untuk memperoleh standar hidup yang paling minim karena setiap orang
mempunyai hak untuk memilih dan berpindah migrasi akan
menurun dan pendapatan meningkat didaerah pedesaan jika sektor pertanian dan
industri kecil yang berkaitan dengan sektor pertanian didesa dapat menciptakan
lebih banyak kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan.
Selama kesempatan
memperoleh pendapatan dan penghasilan tidak seimbang migrasi akan
terus berlangsung dan masalah-masalah yang timbul dari urbanisasi akan
meningkat. Untuk mengatasi urbanisasi yang pesat ini pemerintah harus mengubah
atau mengurangi kebijakan-kebijakan dimasa lalu yang mendorong pertumbuhan
penduduk dikota jauh lebih baik adalah kebijakan-kebijakan yang mendorong orang
untuk tinggal didesa yaitu mereka akan tetap tinggal didesa karena peningkatan
pelayanan kesehatan, kesehatan, pendidikan, dan pendapatan lebih cepat daripada
dikota kebijakan ini lebih efektif dalam menekan atau mengurangi migrasi juga
merupakan salah satu cara untuk mengurangi tingkat kelahiran didesa karena
pendapatan meningkat membuat orangtua mulai mempertimbangkan keuntungan-keuntungan
ekonomi dari sedikit anak.
Geertz menunjukkan
bahwa didunia ketiga perkembangan ekonomi cenderung mengambil bentuk klasik
dari Weber disini kelompok tidak hanya menuju kearah perubahan cara produksi maupun pertukaran yang masih tradisional
tetapi juga mempermudah keruntuhan sistem pasar dan pengambilalihan banyak
kegiatannya oleh perusahaan-perusahaan besar dalam sektor padat modal. Sistem
kegiatan tradisional terdiri dari suatu bazar kota dan
struktur petani desa yang saling menjalin yang pertama sampai derajat tertentu
menguntungkan persediaan makanannya pada yang terahir. Sebaliknya,
sektor perkotaan menyalurkan bahan non pertanian ke petani dan juga menyerap
mereka yang berpindah dari wilayah pedesaan. Karena itu fungsi sektor
tersier dikota sebagai pengman amat tergantung pada hubungan erat dengan sektor
pertanian akibatnya kemampuan untuk menyerap pekerjaan dan bertindak sebagai
penangkal ketidak puasan kota dan desa sampai batas tertentu tergantung pada
kelangsungan landasan sumberdaya pertanian kemungkinan adanya surplus kecil
dalam produk makanan dan kerajinan untuk mendukung sistem bajar dikota membuat
lenyapnya sistem pertanian rakyat dan berakibat yang jauh lebih luas daripada
yang terjadi diwilayah pedesaan. Kesimpulan yang muncul
disini adalah pertama, sektor jasa perkotaan yang tradisional amat bergantung
pada hidupnya landasan produksi pedesaan yang tradisional. Kedua,
perkembangan atau kelangsungan hidup sistem bazaar perkotaan dikota dunia
ketiga bukanlah suatu proses yang berjalan sendiri dan pada akhirnya tergantung
pada kegiatan-kegiatan dan kebijakan-kebijakan sektor kapitali.
Gerakan perluasan kapitali dan tradisional dalam
perekonomian suatu negara terbelakang yaitu ketika bentuk produksi yang padat
modal memasuki pertanian, tehnik-tehnik berukuran besar yang lebih banyak
memakai mesin mendesak pekerja meninggalkan tanahnya. Disini,
disektor-sektor yang lain, masukan pekerja, dengan sendirinya harus berkurang.
Bahkan dimana para petani masih menguasai tanah mereka,
biasanya jumlah buruh yang diperlukan untuk mengusahakan tanaman perdagangan
berkurang, kecuali untuk beberapa tanaman pada musim ramai.
Dengan berkurangnya landasan suplai bagi bazaar,
berkurang pula kegiatan disektor itu. Pada saat yang sama, petani tak bertanah membanjiri kota untuk mencari
pekerjaan karena sektor kapitalis maupun sektor bazaar yang lemah tidak bisa
menyediakan pekerjaan dalam jumlah yang cukup.
No comments:
Post a Comment