Sunday 16 November 2014

URBANISASI DAN PENGANGGURAN

URBANISASI DAN PENGANGGURAN DI KOTA

Dalam tulisan ini banyak menyoroti masalah tenaga kerja dikota dunia ketiga, masalah yang dianggap berkaitan erat dengan kemiskinan dipedesaan juga mengupas gejal urbanisasi berlebihan dengan mengajak pembacanya untuk ikut memahami sebab-sebab dari pengangguran yang membengkak didaerah perkotaan. Dimuat juga dalam tulisan ini mengenai pesatnya proses urbanisasi yang dianggap sangat menentukan masalah-masalah tenaga kerja yang terjadi dikota, serta teori mengenai penyerapan migrant dalam perekonomian kota dan sebab timbulnya pengangguran. Tulisan yang dimuat dalam buku ini juga menambah pemahaman tentang permasalahan kota baik dinegara dunia ketiga lain maupun diindonesia dalam hubungannya dengan urbanisasi, pengangguran, dan sektor informal dikota.

 Gejala urbanisasi disebabkan karena adanya tekanan kebijakan terhadap industrialisasi modern,dimana kebijakan ini mementingkan industry dan mengabaikan pertanian ditambah pula dengan kecenderungan mementingkan kota (urban bias)  dalam investasi pemerintah dibidang sarana umum makin mendesak dan merangsang kaum miskin di desa untuk pindah ke kota. Dengan segala konsekuensi ekonomi dan sosial yang Nampak di kota-kota besar.

Jalan keluar dari permasalahan ini menurut Todaro dan Stilkin dapat dicari terutama dalam pembangunan yang lebih mementingkan fasilitas social didaerah pedesaan, mengalokasikan lebih banyak dana untuk pembangunan pertanian dan khususnya petani kecil, mengadakan land reform dan mengembangkan industri kecil di desa.

Menurut McGee ada dua pandangan yang bertolak belakang mengenai membengkaknya sektor tersier dikota. Pandangan pertama menganggap membengkaknya sektor tersier sebagai petunjuk kegagalan ekonomi sedangkan pandangan yang lain menganggap sebagai gejala dan suatu sistem yang tidak stabil yang akhirnya akan dikoreksi dengan pertumbuhan ekonomi yang menyeluruh.

Tidak ada hubungan yang ertat antara kemiskinan dan tingkat pengangguran, kemiskinan jauh lebih meluas daripada pengangguran dan para penganggur tidak tentu dari keluarga miskin. Disini, Indonesia diketahui sebab-sebab angka pengangguran dikota dan juga didesa berdasarkan data sensus dan survei nasional jauh lebih rendah daripada di Negara lain. Pertanyaannya, apakah konsep pengangguran relefan di Negara seperti Indonesia dimana hanya sedikit penduduk mencari pekerjaan melalui saluran formal dalam pasar tenaga kerja yang terorganisir.

Kota-kota di dunia ketiga berkembang dengan sangat pesat pada setiap tahunnya berjuta orang pindah dari desa ke kota walaupun kota besar tidak mampu menyediakan pelayanan sanitasi kesehatan, perumahan, dan transportasi lebih dari yang minimal kepada penduduk yang sangat padat itu. Produksi disektor industri semakin meningkat, namun pengangguran maupun setengah pengangguran dikota makin nampak.

Adapun kota besar sekarang ini yang sudah tergolong sangat besar namun diperkirakan akan berkembang menjadi kota-kota yang lebih besar lagi dalam tahun-tahun mendatang. Dorongan utama bermigrasi dari desa kekota adalah untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik. Mengingat kondisi kehidupan yang demikian buruk bagi kebanyakan penduduk kota maka migrasi tersebut menambah kondisi kehidupan yang teramat parah didaerah pedesaan daripada perkembangan ekonomi di kota. Masalah yang disebabkan oleh urbanisasi yang tak terkendali, suatu kelemahan dalam sistem ekonomi yang terlalu mementingkan modernisasi industri di kota dan terlalu mengutamakan sektor modern di kota akibat tidak dapat dipenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar baik untuk penduduk kota maupun penduduk desa. Urbanisasi yang pesat juga merupakan suatu kelemahan masyarakat yang tidak mampu menciptakan pasaran dalam negeri yang memadai untuk mendorong produksi, baik sektor pertanian maupun industri kebijaksanaan yang cenderung melindungi hasil-hasil pabrik negara. Kebijakan pembangunan yang mengabaikan sektor pertanian telah menimbulkan tidak memadainya pertumbuhan pendapatan didaerah pedesaan. Beribu-ribu petani dipedesaan kehilangan tanah karena mekanisasi pertanian sebelum waktunya, atau mengerjakan tanah pertanian yang sangat sempit karena pertumbuhan penduduk yang sangat pesat, gejala ini menyebabkan penduduk berusaha menyelamatkan diri dengan pindah kekota yang tumbuh dengan pesat. Namun kenyataannya harapan untuk hidup yang lebih baik ternyata tidak dapat terwujud.

Industrialisasi tidak mampu mendorong seluruh masyarakat kesuatu tingkat yang lebih modern dan adil, hal ini memunculkan strategi pembangunan yang dibutuhkan yaitu suatu strategi yang mengutamakan peranan sektor pertanian dan peningkatan pendapatan orang-orang termiskin dimasyarakat. Namun strategi ini tidak terlakasana dengan baik sehingga belum nampak perubahan kebijakan urbanisasi dan industrialisasi.

Ada tiga gejala yang menunjukkan bahwa kota-kota telah tumbuh terlalu pesat untuk dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dinegara sedang berkembang ketiga gejala tersebut adalah :

1. Jumlah penganggur dan setengah menganggur yang besar dan semakin meningkat

2. Proporsi tenaga kerja yang bekerja pada sektor industri dikota hampir tidak dapat bertambah dan semakin berkurang

3. Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhan sudah begitu pesat sehingga pemerintah tidak mampu memberikan pelayanan kesehatan, perumahan, dan transportasi yang memadai.

Kebanyakan negara sedang berkembang mengabaikan sektor pertanian untuk mendapat sumber daya dalam upaya meningkatkan usaha industrialisasi dan urbanisasi. Kebijakan yang mengutamakan urbandias akan memperlebar jurang pendapatan antara kota dan desa. Keadaan ini yang mendorong tetap berlangsungnya tingkat migrasi yang tinggi meskipun pengangguran dikota meningkat terus selama pendapatan didesa tetap rendah dan upah disektor perkotaan lebih tinggi, maka kaum migrant dari desa akan terus mengalir kekota untuk mencari pekerjaan disektor modern yang upahnya lebih baik walaupun sulit dimasuki.

Kebijakan-kebijakan industrialisasi salah satu alasan yang dikemukakan untuk menekan para petani dan usaha-usaha didesa didasarkan atas kenyakinan bahwa mereka tidak dapat memberikan modal yang cukup untuk membiayai suatu program pembangunan jangka panjang dalam hal ini orang desa dianggap tidak dapat menabung sebanyak apa yang dapat ditabung oleh para pekerja dikota dan disektor industri. Karena penduduk desa itu miskin, maka setiap tambahan pendapatan akan dibelanjakan untuk kebutuhan pokok sedangkan pekerja dikota mampu menabung disini pemerintah dapat menggunakan uang tersebut untuk menanam modal pada proyek pembangunan dengan demikian, suatu masyarakat dapat mengakumulasikan modal untuk kesinambungan peningkatan produksi hanya jika sektor perkotaan dan industri berat tetap bekembang. Mengorbankan sektor pertanian untuk memperoleh modal dan tenaga kerja murah yang dibutuhkan untuk memulai proses industrialisasi dapat mengakibatkan penderitaan tetapi hal ini dianggap sebagai jalan pintas untuk mencapai masa depan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat.

Sejalan dengan meningkatnya migrasi desa kekota jumlah orang yang mencari pekerjaan disektor industri semakin meningkat sedangkan jumlah pekerja yang dibutuhkan semakin sedikit keadaan ini sangat berbeda dengan keadaan yang dihadapi oleh negara barat pada permulaan revolusi industri sejak akhir abad ke-18 dan ke abad 19 pembagian kerja dapat jauh lebih banyak menekan biaya produksi dibandingkan dengan penggunaan mesin yang masih sederhana oleh karena itu memungkinkan pemilik pabrik mulai mengganti tenaga kerja dengan mesin daya serap tenaga kerja yang rendah dari industri modern berarti bahwa pertumbuhan industri tidak dapat memecahkan masalah kesempatan kerja dinegara berkembang. Maka tidak diherankan tingkat pengangguran yang sangat tinggi diberbagai kota dinegara sedang berkembang seperti Indonesia dalam keadaan seperti ini yaitu tingkat pengangguran yang tinggi, maka menurut teori ekonomi tradisional, upah semestinya menurun sebenarnya tidak dibutuhkan tingkat pengangguran setinggi itu untuk terjadinya penurunan upah, karena dinegara sedang berkembang selalu terdapat kelebihan tenaga kerja yang berebut untuk mendapat pekerjaan disektor modern.

Kemungkinan besar bahwa urbanisasi berlebih bisa semakin parah pertama ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa tingkat migrasi semakin meningkat jika demikian penduduk yang hidup dikota akan meningkat. Kedua migrasi paling menonjol dikota-kota besar para pengusaha pabrik, importir, pedagang dan penyalur besar yang berlokasi dikota-kota besar cenderung mempunyai pengaruh yang dominan didalam pembuatan kebijakan dalam negeri dan internasional mereka berusaha untuk mesmpertahankan dan menguatkan kebijakan perdagangan dan devisa yang telah memusatkan kekayaan dan kekuasaan dipusat-pusat kota tindakan inilah yang dapat menghalangi pembangunan baik sektor pertanian maupun kota-kota kecil yang mempunyai potensi yang besar untuk industri padat karya.

Pertumbuhan penduduk kota jauh lebih besar dari kemampuan pemerintah dinegara sedang berkembang untuk menyediakan fasilitas yang memadai, dan banyak pemerintah tidak berusaha lagi untuk menyediakan fasilitas pelayanan semakin besar suatu kota masalah yang dihadapi lebih banyak dan lebih sulit terbukti bahwa pencemaran udara, kebisingan, kemacetan lalu lintas, kejahatan, dan kesehatan cenderung tumbuh lebih pesat daripada wilayah kota. Sumber-sumber daya yang lebih banyak, pengelolaan yang lebih baik, dan pertumbuhan sektor informal yang lebih kuat dipercaya kota dapat memberikan suatu kehidupan yang lebih baik kepada penduduknya ahli perencanaan kota mengatakan bahwa tak ada urbanisasi berlebih karena kota jauh lebih efisien daripada desa didalam menyediakan kesempatan kerja dan pendapatan yang lebih tinggi mereka lebih optimis pertama, inflasi dinegara industri telah meningkatkan biaya inpor bahan pangan dan mesin-mesin harus dipikul oleh negara sedang berkembang. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang lebih lamban didunia barat dan aturan-aturan baru yang membatasi perdangan telah mengurangi permintaan akan hasil-hasil industri dari negara yang sedang berkembang. Ketiga, melonjaknya harga minyak telah memperlemah kedudukan ekonomi negara sedang berkembang karena kondisi inilah masalah keseimbangan neraca pembayaran dan hutang luar negeri semakin parah dan membatasi kemampuan ekonomi negara berkembang untuk mempertahankan pertumbuhan kesempatan kerja dikota apalagi mempercepatnya.

Jika urbanisasi berlebih telah menjadi hal yang biasa yang berkembang sendiri dan merusak maka memaksa orang tinggal didaerah pedesaan bukanlah jalan keluar. Karena migrasi sering merupakan suatu usaha yang nekad untuk memperoleh standar hidup yang paling minim karena setiap orang mempunyai hak untuk memilih dan berpindah migrasi akan menurun dan pendapatan meningkat didaerah pedesaan jika sektor pertanian dan industri kecil yang berkaitan dengan sektor pertanian didesa dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan.

Selama kesempatan memperoleh pendapatan dan penghasilan tidak seimbang migrasi akan terus berlangsung dan masalah-masalah yang timbul dari urbanisasi akan meningkat. Untuk mengatasi urbanisasi yang pesat ini pemerintah harus mengubah atau mengurangi kebijakan-kebijakan dimasa lalu yang mendorong pertumbuhan penduduk dikota jauh lebih baik adalah kebijakan-kebijakan yang mendorong orang untuk tinggal didesa yaitu mereka akan tetap tinggal didesa karena peningkatan pelayanan kesehatan, kesehatan, pendidikan, dan pendapatan lebih cepat daripada dikota kebijakan ini lebih efektif dalam menekan atau mengurangi migrasi juga merupakan salah satu cara untuk mengurangi tingkat kelahiran didesa karena pendapatan meningkat membuat orangtua mulai mempertimbangkan keuntungan-keuntungan ekonomi dari sedikit anak.

Geertz menunjukkan bahwa didunia ketiga perkembangan ekonomi cenderung mengambil bentuk klasik dari Weber disini kelompok tidak hanya menuju kearah perubahan cara produksi maupun pertukaran yang masih tradisional tetapi juga mempermudah keruntuhan sistem pasar dan pengambilalihan banyak kegiatannya oleh perusahaan-perusahaan besar dalam sektor padat modal. Sistem kegiatan tradisional terdiri dari suatu bazar kota dan struktur petani desa yang saling menjalin yang pertama sampai derajat tertentu menguntungkan persediaan makanannya pada yang terahir. Sebaliknya, sektor perkotaan menyalurkan bahan non pertanian ke petani dan juga menyerap mereka yang berpindah dari wilayah pedesaan. Karena itu fungsi sektor tersier dikota sebagai pengman amat tergantung pada hubungan erat dengan sektor pertanian akibatnya kemampuan untuk menyerap pekerjaan dan bertindak sebagai penangkal ketidak puasan kota dan desa sampai batas tertentu tergantung pada kelangsungan landasan sumberdaya pertanian kemungkinan adanya surplus kecil dalam produk makanan dan kerajinan untuk mendukung sistem bajar dikota membuat lenyapnya sistem pertanian rakyat dan berakibat yang jauh lebih luas daripada yang terjadi diwilayah pedesaan. Kesimpulan yang muncul disini adalah pertama, sektor jasa perkotaan yang tradisional amat bergantung pada hidupnya landasan produksi pedesaan yang tradisional. Kedua, perkembangan atau kelangsungan hidup sistem bazaar perkotaan dikota dunia ketiga bukanlah suatu proses yang berjalan sendiri dan pada akhirnya tergantung pada kegiatan-kegiatan dan kebijakan-kebijakan sektor kapitali.

Gerakan perluasan kapitali dan tradisional dalam perekonomian suatu negara terbelakang yaitu ketika bentuk produksi yang padat modal memasuki pertanian, tehnik-tehnik berukuran besar yang lebih banyak memakai mesin mendesak pekerja meninggalkan tanahnya. Disini, disektor-sektor yang lain, masukan pekerja, dengan sendirinya harus berkurang. Bahkan dimana para petani masih menguasai tanah mereka, biasanya jumlah buruh yang diperlukan untuk mengusahakan tanaman perdagangan berkurang, kecuali untuk beberapa tanaman pada musim ramai.

Dengan berkurangnya landasan suplai bagi bazaar, berkurang pula kegiatan disektor itu. Pada saat yang sama, petani tak bertanah membanjiri kota untuk mencari pekerjaan karena sektor kapitalis maupun sektor bazaar yang lemah tidak bisa menyediakan pekerjaan dalam jumlah yang cukup.

 

 

 

No comments:

Post a Comment

Sunday 16 November 2014

URBANISASI DAN PENGANGGURAN

URBANISASI DAN PENGANGGURAN DI KOTA

Dalam tulisan ini banyak menyoroti masalah tenaga kerja dikota dunia ketiga, masalah yang dianggap berkaitan erat dengan kemiskinan dipedesaan juga mengupas gejal urbanisasi berlebihan dengan mengajak pembacanya untuk ikut memahami sebab-sebab dari pengangguran yang membengkak didaerah perkotaan. Dimuat juga dalam tulisan ini mengenai pesatnya proses urbanisasi yang dianggap sangat menentukan masalah-masalah tenaga kerja yang terjadi dikota, serta teori mengenai penyerapan migrant dalam perekonomian kota dan sebab timbulnya pengangguran. Tulisan yang dimuat dalam buku ini juga menambah pemahaman tentang permasalahan kota baik dinegara dunia ketiga lain maupun diindonesia dalam hubungannya dengan urbanisasi, pengangguran, dan sektor informal dikota.

 Gejala urbanisasi disebabkan karena adanya tekanan kebijakan terhadap industrialisasi modern,dimana kebijakan ini mementingkan industry dan mengabaikan pertanian ditambah pula dengan kecenderungan mementingkan kota (urban bias)  dalam investasi pemerintah dibidang sarana umum makin mendesak dan merangsang kaum miskin di desa untuk pindah ke kota. Dengan segala konsekuensi ekonomi dan sosial yang Nampak di kota-kota besar.

Jalan keluar dari permasalahan ini menurut Todaro dan Stilkin dapat dicari terutama dalam pembangunan yang lebih mementingkan fasilitas social didaerah pedesaan, mengalokasikan lebih banyak dana untuk pembangunan pertanian dan khususnya petani kecil, mengadakan land reform dan mengembangkan industri kecil di desa.

Menurut McGee ada dua pandangan yang bertolak belakang mengenai membengkaknya sektor tersier dikota. Pandangan pertama menganggap membengkaknya sektor tersier sebagai petunjuk kegagalan ekonomi sedangkan pandangan yang lain menganggap sebagai gejala dan suatu sistem yang tidak stabil yang akhirnya akan dikoreksi dengan pertumbuhan ekonomi yang menyeluruh.

Tidak ada hubungan yang ertat antara kemiskinan dan tingkat pengangguran, kemiskinan jauh lebih meluas daripada pengangguran dan para penganggur tidak tentu dari keluarga miskin. Disini, Indonesia diketahui sebab-sebab angka pengangguran dikota dan juga didesa berdasarkan data sensus dan survei nasional jauh lebih rendah daripada di Negara lain. Pertanyaannya, apakah konsep pengangguran relefan di Negara seperti Indonesia dimana hanya sedikit penduduk mencari pekerjaan melalui saluran formal dalam pasar tenaga kerja yang terorganisir.

Kota-kota di dunia ketiga berkembang dengan sangat pesat pada setiap tahunnya berjuta orang pindah dari desa ke kota walaupun kota besar tidak mampu menyediakan pelayanan sanitasi kesehatan, perumahan, dan transportasi lebih dari yang minimal kepada penduduk yang sangat padat itu. Produksi disektor industri semakin meningkat, namun pengangguran maupun setengah pengangguran dikota makin nampak.

Adapun kota besar sekarang ini yang sudah tergolong sangat besar namun diperkirakan akan berkembang menjadi kota-kota yang lebih besar lagi dalam tahun-tahun mendatang. Dorongan utama bermigrasi dari desa kekota adalah untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik. Mengingat kondisi kehidupan yang demikian buruk bagi kebanyakan penduduk kota maka migrasi tersebut menambah kondisi kehidupan yang teramat parah didaerah pedesaan daripada perkembangan ekonomi di kota. Masalah yang disebabkan oleh urbanisasi yang tak terkendali, suatu kelemahan dalam sistem ekonomi yang terlalu mementingkan modernisasi industri di kota dan terlalu mengutamakan sektor modern di kota akibat tidak dapat dipenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar baik untuk penduduk kota maupun penduduk desa. Urbanisasi yang pesat juga merupakan suatu kelemahan masyarakat yang tidak mampu menciptakan pasaran dalam negeri yang memadai untuk mendorong produksi, baik sektor pertanian maupun industri kebijaksanaan yang cenderung melindungi hasil-hasil pabrik negara. Kebijakan pembangunan yang mengabaikan sektor pertanian telah menimbulkan tidak memadainya pertumbuhan pendapatan didaerah pedesaan. Beribu-ribu petani dipedesaan kehilangan tanah karena mekanisasi pertanian sebelum waktunya, atau mengerjakan tanah pertanian yang sangat sempit karena pertumbuhan penduduk yang sangat pesat, gejala ini menyebabkan penduduk berusaha menyelamatkan diri dengan pindah kekota yang tumbuh dengan pesat. Namun kenyataannya harapan untuk hidup yang lebih baik ternyata tidak dapat terwujud.

Industrialisasi tidak mampu mendorong seluruh masyarakat kesuatu tingkat yang lebih modern dan adil, hal ini memunculkan strategi pembangunan yang dibutuhkan yaitu suatu strategi yang mengutamakan peranan sektor pertanian dan peningkatan pendapatan orang-orang termiskin dimasyarakat. Namun strategi ini tidak terlakasana dengan baik sehingga belum nampak perubahan kebijakan urbanisasi dan industrialisasi.

Ada tiga gejala yang menunjukkan bahwa kota-kota telah tumbuh terlalu pesat untuk dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dinegara sedang berkembang ketiga gejala tersebut adalah :

1. Jumlah penganggur dan setengah menganggur yang besar dan semakin meningkat

2. Proporsi tenaga kerja yang bekerja pada sektor industri dikota hampir tidak dapat bertambah dan semakin berkurang

3. Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhan sudah begitu pesat sehingga pemerintah tidak mampu memberikan pelayanan kesehatan, perumahan, dan transportasi yang memadai.

Kebanyakan negara sedang berkembang mengabaikan sektor pertanian untuk mendapat sumber daya dalam upaya meningkatkan usaha industrialisasi dan urbanisasi. Kebijakan yang mengutamakan urbandias akan memperlebar jurang pendapatan antara kota dan desa. Keadaan ini yang mendorong tetap berlangsungnya tingkat migrasi yang tinggi meskipun pengangguran dikota meningkat terus selama pendapatan didesa tetap rendah dan upah disektor perkotaan lebih tinggi, maka kaum migrant dari desa akan terus mengalir kekota untuk mencari pekerjaan disektor modern yang upahnya lebih baik walaupun sulit dimasuki.

Kebijakan-kebijakan industrialisasi salah satu alasan yang dikemukakan untuk menekan para petani dan usaha-usaha didesa didasarkan atas kenyakinan bahwa mereka tidak dapat memberikan modal yang cukup untuk membiayai suatu program pembangunan jangka panjang dalam hal ini orang desa dianggap tidak dapat menabung sebanyak apa yang dapat ditabung oleh para pekerja dikota dan disektor industri. Karena penduduk desa itu miskin, maka setiap tambahan pendapatan akan dibelanjakan untuk kebutuhan pokok sedangkan pekerja dikota mampu menabung disini pemerintah dapat menggunakan uang tersebut untuk menanam modal pada proyek pembangunan dengan demikian, suatu masyarakat dapat mengakumulasikan modal untuk kesinambungan peningkatan produksi hanya jika sektor perkotaan dan industri berat tetap bekembang. Mengorbankan sektor pertanian untuk memperoleh modal dan tenaga kerja murah yang dibutuhkan untuk memulai proses industrialisasi dapat mengakibatkan penderitaan tetapi hal ini dianggap sebagai jalan pintas untuk mencapai masa depan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat.

Sejalan dengan meningkatnya migrasi desa kekota jumlah orang yang mencari pekerjaan disektor industri semakin meningkat sedangkan jumlah pekerja yang dibutuhkan semakin sedikit keadaan ini sangat berbeda dengan keadaan yang dihadapi oleh negara barat pada permulaan revolusi industri sejak akhir abad ke-18 dan ke abad 19 pembagian kerja dapat jauh lebih banyak menekan biaya produksi dibandingkan dengan penggunaan mesin yang masih sederhana oleh karena itu memungkinkan pemilik pabrik mulai mengganti tenaga kerja dengan mesin daya serap tenaga kerja yang rendah dari industri modern berarti bahwa pertumbuhan industri tidak dapat memecahkan masalah kesempatan kerja dinegara berkembang. Maka tidak diherankan tingkat pengangguran yang sangat tinggi diberbagai kota dinegara sedang berkembang seperti Indonesia dalam keadaan seperti ini yaitu tingkat pengangguran yang tinggi, maka menurut teori ekonomi tradisional, upah semestinya menurun sebenarnya tidak dibutuhkan tingkat pengangguran setinggi itu untuk terjadinya penurunan upah, karena dinegara sedang berkembang selalu terdapat kelebihan tenaga kerja yang berebut untuk mendapat pekerjaan disektor modern.

Kemungkinan besar bahwa urbanisasi berlebih bisa semakin parah pertama ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa tingkat migrasi semakin meningkat jika demikian penduduk yang hidup dikota akan meningkat. Kedua migrasi paling menonjol dikota-kota besar para pengusaha pabrik, importir, pedagang dan penyalur besar yang berlokasi dikota-kota besar cenderung mempunyai pengaruh yang dominan didalam pembuatan kebijakan dalam negeri dan internasional mereka berusaha untuk mesmpertahankan dan menguatkan kebijakan perdagangan dan devisa yang telah memusatkan kekayaan dan kekuasaan dipusat-pusat kota tindakan inilah yang dapat menghalangi pembangunan baik sektor pertanian maupun kota-kota kecil yang mempunyai potensi yang besar untuk industri padat karya.

Pertumbuhan penduduk kota jauh lebih besar dari kemampuan pemerintah dinegara sedang berkembang untuk menyediakan fasilitas yang memadai, dan banyak pemerintah tidak berusaha lagi untuk menyediakan fasilitas pelayanan semakin besar suatu kota masalah yang dihadapi lebih banyak dan lebih sulit terbukti bahwa pencemaran udara, kebisingan, kemacetan lalu lintas, kejahatan, dan kesehatan cenderung tumbuh lebih pesat daripada wilayah kota. Sumber-sumber daya yang lebih banyak, pengelolaan yang lebih baik, dan pertumbuhan sektor informal yang lebih kuat dipercaya kota dapat memberikan suatu kehidupan yang lebih baik kepada penduduknya ahli perencanaan kota mengatakan bahwa tak ada urbanisasi berlebih karena kota jauh lebih efisien daripada desa didalam menyediakan kesempatan kerja dan pendapatan yang lebih tinggi mereka lebih optimis pertama, inflasi dinegara industri telah meningkatkan biaya inpor bahan pangan dan mesin-mesin harus dipikul oleh negara sedang berkembang. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang lebih lamban didunia barat dan aturan-aturan baru yang membatasi perdangan telah mengurangi permintaan akan hasil-hasil industri dari negara yang sedang berkembang. Ketiga, melonjaknya harga minyak telah memperlemah kedudukan ekonomi negara sedang berkembang karena kondisi inilah masalah keseimbangan neraca pembayaran dan hutang luar negeri semakin parah dan membatasi kemampuan ekonomi negara berkembang untuk mempertahankan pertumbuhan kesempatan kerja dikota apalagi mempercepatnya.

Jika urbanisasi berlebih telah menjadi hal yang biasa yang berkembang sendiri dan merusak maka memaksa orang tinggal didaerah pedesaan bukanlah jalan keluar. Karena migrasi sering merupakan suatu usaha yang nekad untuk memperoleh standar hidup yang paling minim karena setiap orang mempunyai hak untuk memilih dan berpindah migrasi akan menurun dan pendapatan meningkat didaerah pedesaan jika sektor pertanian dan industri kecil yang berkaitan dengan sektor pertanian didesa dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan.

Selama kesempatan memperoleh pendapatan dan penghasilan tidak seimbang migrasi akan terus berlangsung dan masalah-masalah yang timbul dari urbanisasi akan meningkat. Untuk mengatasi urbanisasi yang pesat ini pemerintah harus mengubah atau mengurangi kebijakan-kebijakan dimasa lalu yang mendorong pertumbuhan penduduk dikota jauh lebih baik adalah kebijakan-kebijakan yang mendorong orang untuk tinggal didesa yaitu mereka akan tetap tinggal didesa karena peningkatan pelayanan kesehatan, kesehatan, pendidikan, dan pendapatan lebih cepat daripada dikota kebijakan ini lebih efektif dalam menekan atau mengurangi migrasi juga merupakan salah satu cara untuk mengurangi tingkat kelahiran didesa karena pendapatan meningkat membuat orangtua mulai mempertimbangkan keuntungan-keuntungan ekonomi dari sedikit anak.

Geertz menunjukkan bahwa didunia ketiga perkembangan ekonomi cenderung mengambil bentuk klasik dari Weber disini kelompok tidak hanya menuju kearah perubahan cara produksi maupun pertukaran yang masih tradisional tetapi juga mempermudah keruntuhan sistem pasar dan pengambilalihan banyak kegiatannya oleh perusahaan-perusahaan besar dalam sektor padat modal. Sistem kegiatan tradisional terdiri dari suatu bazar kota dan struktur petani desa yang saling menjalin yang pertama sampai derajat tertentu menguntungkan persediaan makanannya pada yang terahir. Sebaliknya, sektor perkotaan menyalurkan bahan non pertanian ke petani dan juga menyerap mereka yang berpindah dari wilayah pedesaan. Karena itu fungsi sektor tersier dikota sebagai pengman amat tergantung pada hubungan erat dengan sektor pertanian akibatnya kemampuan untuk menyerap pekerjaan dan bertindak sebagai penangkal ketidak puasan kota dan desa sampai batas tertentu tergantung pada kelangsungan landasan sumberdaya pertanian kemungkinan adanya surplus kecil dalam produk makanan dan kerajinan untuk mendukung sistem bajar dikota membuat lenyapnya sistem pertanian rakyat dan berakibat yang jauh lebih luas daripada yang terjadi diwilayah pedesaan. Kesimpulan yang muncul disini adalah pertama, sektor jasa perkotaan yang tradisional amat bergantung pada hidupnya landasan produksi pedesaan yang tradisional. Kedua, perkembangan atau kelangsungan hidup sistem bazaar perkotaan dikota dunia ketiga bukanlah suatu proses yang berjalan sendiri dan pada akhirnya tergantung pada kegiatan-kegiatan dan kebijakan-kebijakan sektor kapitali.

Gerakan perluasan kapitali dan tradisional dalam perekonomian suatu negara terbelakang yaitu ketika bentuk produksi yang padat modal memasuki pertanian, tehnik-tehnik berukuran besar yang lebih banyak memakai mesin mendesak pekerja meninggalkan tanahnya. Disini, disektor-sektor yang lain, masukan pekerja, dengan sendirinya harus berkurang. Bahkan dimana para petani masih menguasai tanah mereka, biasanya jumlah buruh yang diperlukan untuk mengusahakan tanaman perdagangan berkurang, kecuali untuk beberapa tanaman pada musim ramai.

Dengan berkurangnya landasan suplai bagi bazaar, berkurang pula kegiatan disektor itu. Pada saat yang sama, petani tak bertanah membanjiri kota untuk mencari pekerjaan karena sektor kapitalis maupun sektor bazaar yang lemah tidak bisa menyediakan pekerjaan dalam jumlah yang cukup.

 

 

 

No comments:

Post a Comment