Friday 21 November 2014

STARATIFIKASI SOSIAL

STRATIFIKASI SOSIAL

DEFENISI STRATIFIKASI SOSIAL

1.Adham Nasution (1979, 126-127) mengatakan bahwa, kenyataan menunjukkan kepada kita, dimana dalam setiap masyarakat terdapat perbedaan-perbedaan yang jelas diantara anggota-anggota masyarakat bahkan di dalam masyarakat primitip sekalipun terdapat beberapa bentuk daripada lapisan-lapisan masyarakat.

 

2.Menurut Nasution, masyarakat tidak berkelas dengan persamaan yang nyata diantara anggota-anggotanya, adalah dongeng. Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, mungkin berupa uang, mungkin tanah, mungkin benda-benda yang bernilai ekonomis, mungkin pula berupa kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam agama, atau keturunan dari keluarga tertentu, pekerjaan dan lain-lain faktor lagi.

 

Selama suatu masyarakat memberikan penghargaan kepada barang sesuatu yang dihargai itu, selama itu pula masyarakat terbagi ke dalam lapisan-lapisan. Semakin banyak seseorang atau sekelompok orang dapat memiliki sesuatu yang berharga, maka masyarakat akan menganggapnya mempunyai status dan lapisan yang tinggi, sebaliknya mereka yang hanya sedikit atau sama sekali tidak memilikinya, dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah.

Biasanya golongan yang berada dilapisan atas, tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai masyarakat, tetapi akan bertambah-tambah, artinya mereka yang memiliki uang yang  banyak akan mudahlah mendapatkan tanah, kekuasaan dan kemungkinan juga kehormatan. Selanjutnya mereka yang mempunyai kekuasaan mudahlah menjadi kaya dan mengusahakan ilmu pengetahuan . Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan yang tinggi itu mempunyai sifat kumulatif.

 

3.Soleman B. Taneko (1984,94-95) mengatakan, stratifikasi sosial merupakan gejala umum yang dapat dikemukakan pada setiap masyarakat. Oleh karena itu betapapun sederhananya maupun kompleksnya suatu masyarakat, stratifikasi pasti akan dijumpai disitu. Pada zaman kuno Aristoteles pernah menyatakan bahwa dalam tiap negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat, dan mereka yang berada ditengah-tengahnya.

 

4.Pitirim A. Sorokin juga mengatakan bahwa sistem berlapis-lapis itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur (Soerjono Soekanto, 1982, 219). Selain Sorokin, Ter Haar mengatakan bahwa pembagian anggota-anggota dalam kelas-kelas terdapat di masyarakat-masyarakat hukum dalam banyak lingkungan-lingkungan hukum, walaupun patokan untuk mengklaskan itu berbeda-beda (Taneko, 1984, 95).

 

5.James C. Scott (1981, 275) mengatakan ”bahwa tiap sistem stratifikasi melahirkan mitos atau rasionalnya sendiri untuk menerangkan apa sebabnya orang-orang tertentu harus dianggap lebih tinggi kedudukannya dari yang lain-lainnya”.

 

 

6.Adham Nasution (1979, 127) mengatakan, sistem berlapis-lapis di dalam masyarakat itu dapat terjadi dengan sendirinya  dalam proses pertumbuhan masyarakat itu, dan dapat pula dengan sengaja disusun untuk mengejar sesuatu tujuan bersama, seperti : dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi di dalam organisasi-organisasi yang formil, umpamanya  dalam organisasi pemerintahan, perusahaan, partai atau perkumpulan-perkumpulan.

 

Unsur-unsur Baku Stratifikasi Sosial

 

Kurt B. Meyer mengatakan bahwa kekuasaan (power) hanyalah merupakan salah satu dari tiga dimensi stratifikasi sosial pada masyarakat modern. Dimensi yang lain itu adalah status dan ekonomi. Ekonomi membedakan penduduk menurut jumlah dan sumber dari pendapatan, dimana biasanya diperoleh dari satu set aktivitas pekerjaan, pemilikan atau kedua-duanya. Kemudian status menunjuk pada perbedaan dari martabat (prestige) dan pembedaan diantara perorangan dan kelompok di dalam suatu masyarakat. Martabat (prestige) pada dasarnya terletak pada pengakuan interpersonal yang selalu meliputi paling sedikit satu individu, yaitu siapa yang menuntut dari individu lain, yaitu siapa yang menghormati tuntutan tersebut (Taneko, 1984, 97).

 

James C. Scott (1981, 57) mengatakan, bahwa pemilikan tanah dianggap lebih tinggi kedudukannya daripada penyewa tanah, dan penyewa tanah dianggap lebih tinggi dari pada buruh lepas, meskipun dari segi penghasilan mungkin tidak. Masing-masing mewakili satu loncatan kuantum dalam kepercayaan terhadap subsistensi. Oleh karena itu, jaminan terhadap krisis merupakan prinsip stratifikasi yang lebih aktif dalam pandangan para petanidibandingkan dengan penghasilan.

 

Bernard Barber mengemukakan ada 6 (enam) dimensi dari stratifikasi sosial

(1) prestise jabatan atau pekerjaan (occupational prestige),

(2) rangking dalam wewenang dan kekuasaan (authority and power rangkings),

(3) pendapatan atau kekayaan (income or wealth),

(4) pendidikan atau pengetahuan (educational or knowledge),

(5) kesucian beragama atau pimpinan keagamaan (religious or ritual purity), dan

(6) kedudukan dalam kekerabatan dan kedudukan dalam suku-suku bangsa (kinship and ethnic group rangkings) (Taneko, 1984, 97-98). 

 

Jumlah lapisan sosial dalam masyarakat

a.Karl marx(1818-1893),membagi lapisan sosial berdasarkan kemampuan ekonomi ,menurutnya masyarakat terbagi atas dua kelas yaitu kelas borjuis dan proletar.

b.Mosca ,membedakan antara kelas yang berkuasa dan kelas yang dikuasai.banyak para sosiologi membedakan antara kaum elit dan massa dan orang kaya dengan orang miskin .

c.w. Lyoid warner,(1940-1950) mengadakan penelitian terhadap masyarakat amerika dan membagi lapisan sosial mereka dalam enam lapisan .keenam lapisan tersebut terdiri dari kelas atas-atas,atas-bawah,dan atas-menengah.

d.di Indonesia ,khususnya di daerah pedesaan jawa yang masih bercirikan pertanian stratifikasi atau pelapisan sosial pun disusun berdasarkan penguasa masyarakat terhadap tanah.

e.koentjaraningrat (1964)meneliti lapisan sosial masyarakat pedesaan dan menggolongkanya dalam tiga lapisan yaitu lapisan keturunan pendiri desa dan pemilik tanah,lapisan pemilik tanah selain keturunan pendiri desa dan lapisan masyarakat yang tidak memiliki tanah.

f.penggolongan masyarakat Indonesia yang dilakukan BPS

1.luas lantai bangunan tempat tinggal lebih dari 8m2

2.lantai tempat tinggal terbuat dari kayu murahan

3.jenis dinding terbuat dari  kayu

4.tidak memiliki fasilitas buang air besar

5.penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik

Dalam bidang pendidikan formal dalam masyarakat kita dijumpai kesenjangan besar antara mereka yang berpendidikan dasar dan menengah dengan mereka yang berpendidikan tinggi,data sensus BPS menunjukkan bahwa pada 1971 dikalangan penduduk berusia 10 tahun keatas 41.01% tidak bersekolah,52.35%berpendidikan dasar,4.3% berpendidikan SLP ,2.03% berpendidikan SLA dan hanya 0.31% berpendidikan tinggi.

Dalam negara maju dapat dijumpai stratifikasi yang berbentuk intan :posisi dilapisan bawah dan atas relatif sedikit bila dibandingkan posisi dilapisan menengah.

Dampak lapisan sosial

Perbedaan kelas sosial dalam masyarakat membawa perbedaay gaya hidup atau perilaku yang berbeda antara satu dengan yang lain ,harus dibedakan dengan jelas bahwa gaya hidup tidak menciptakan kelas tetapi kelas yang menciptakan gaya hidup seseorang.

Salah satu hal yang bisa dilihat dari perbedaan perilaku antar kelas adlah dalam tata busana ,anggota satu kelas akan cenderung memilih mode busana sesuai dengan anggota kelas .

Kamanto sunarto(1993)mencatat bahwa masyarakat kelas atas akan cenderung menegnakan busana barat produk desainer paris,new york,dan desainer dunia terkenal.kaum perempuan menengah kebawah akan cenderung memakai busana ciptaan desainer dalam negeri,sedangkan pilihan busana mereka yang berada di kelas bawah akan cenderung berorientasi pada desain yang ditentukan para grosir pakaian jadi dipusat penjualan pakaian seperti misalnya tanah abang atau pasar tradisional lainnya.

Selain dari segi busana,status seseorang juga tercermin dari tipe dan letak tempat tinggalnya ,dikota-kota besar dijumpai daerah pemukiman yang penghuninya cenderung berasal dari kalangan elit,dalam kawasan pemukiman elit juga masih dapat kita jumpai perbedaan yang mencerminkan perbedaan status misalnya perbedaan ukuran rumah,tanah,desain rumah,bahan baku yang digunakan,perlengkapan rumah dan sebagainya.

 

 

No comments:

Post a Comment

Friday 21 November 2014

STARATIFIKASI SOSIAL

STRATIFIKASI SOSIAL

DEFENISI STRATIFIKASI SOSIAL

1.Adham Nasution (1979, 126-127) mengatakan bahwa, kenyataan menunjukkan kepada kita, dimana dalam setiap masyarakat terdapat perbedaan-perbedaan yang jelas diantara anggota-anggota masyarakat bahkan di dalam masyarakat primitip sekalipun terdapat beberapa bentuk daripada lapisan-lapisan masyarakat.

 

2.Menurut Nasution, masyarakat tidak berkelas dengan persamaan yang nyata diantara anggota-anggotanya, adalah dongeng. Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, mungkin berupa uang, mungkin tanah, mungkin benda-benda yang bernilai ekonomis, mungkin pula berupa kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam agama, atau keturunan dari keluarga tertentu, pekerjaan dan lain-lain faktor lagi.

 

Selama suatu masyarakat memberikan penghargaan kepada barang sesuatu yang dihargai itu, selama itu pula masyarakat terbagi ke dalam lapisan-lapisan. Semakin banyak seseorang atau sekelompok orang dapat memiliki sesuatu yang berharga, maka masyarakat akan menganggapnya mempunyai status dan lapisan yang tinggi, sebaliknya mereka yang hanya sedikit atau sama sekali tidak memilikinya, dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah.

Biasanya golongan yang berada dilapisan atas, tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai masyarakat, tetapi akan bertambah-tambah, artinya mereka yang memiliki uang yang  banyak akan mudahlah mendapatkan tanah, kekuasaan dan kemungkinan juga kehormatan. Selanjutnya mereka yang mempunyai kekuasaan mudahlah menjadi kaya dan mengusahakan ilmu pengetahuan . Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan yang tinggi itu mempunyai sifat kumulatif.

 

3.Soleman B. Taneko (1984,94-95) mengatakan, stratifikasi sosial merupakan gejala umum yang dapat dikemukakan pada setiap masyarakat. Oleh karena itu betapapun sederhananya maupun kompleksnya suatu masyarakat, stratifikasi pasti akan dijumpai disitu. Pada zaman kuno Aristoteles pernah menyatakan bahwa dalam tiap negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat, dan mereka yang berada ditengah-tengahnya.

 

4.Pitirim A. Sorokin juga mengatakan bahwa sistem berlapis-lapis itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur (Soerjono Soekanto, 1982, 219). Selain Sorokin, Ter Haar mengatakan bahwa pembagian anggota-anggota dalam kelas-kelas terdapat di masyarakat-masyarakat hukum dalam banyak lingkungan-lingkungan hukum, walaupun patokan untuk mengklaskan itu berbeda-beda (Taneko, 1984, 95).

 

5.James C. Scott (1981, 275) mengatakan ”bahwa tiap sistem stratifikasi melahirkan mitos atau rasionalnya sendiri untuk menerangkan apa sebabnya orang-orang tertentu harus dianggap lebih tinggi kedudukannya dari yang lain-lainnya”.

 

 

6.Adham Nasution (1979, 127) mengatakan, sistem berlapis-lapis di dalam masyarakat itu dapat terjadi dengan sendirinya  dalam proses pertumbuhan masyarakat itu, dan dapat pula dengan sengaja disusun untuk mengejar sesuatu tujuan bersama, seperti : dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi di dalam organisasi-organisasi yang formil, umpamanya  dalam organisasi pemerintahan, perusahaan, partai atau perkumpulan-perkumpulan.

 

Unsur-unsur Baku Stratifikasi Sosial

 

Kurt B. Meyer mengatakan bahwa kekuasaan (power) hanyalah merupakan salah satu dari tiga dimensi stratifikasi sosial pada masyarakat modern. Dimensi yang lain itu adalah status dan ekonomi. Ekonomi membedakan penduduk menurut jumlah dan sumber dari pendapatan, dimana biasanya diperoleh dari satu set aktivitas pekerjaan, pemilikan atau kedua-duanya. Kemudian status menunjuk pada perbedaan dari martabat (prestige) dan pembedaan diantara perorangan dan kelompok di dalam suatu masyarakat. Martabat (prestige) pada dasarnya terletak pada pengakuan interpersonal yang selalu meliputi paling sedikit satu individu, yaitu siapa yang menuntut dari individu lain, yaitu siapa yang menghormati tuntutan tersebut (Taneko, 1984, 97).

 

James C. Scott (1981, 57) mengatakan, bahwa pemilikan tanah dianggap lebih tinggi kedudukannya daripada penyewa tanah, dan penyewa tanah dianggap lebih tinggi dari pada buruh lepas, meskipun dari segi penghasilan mungkin tidak. Masing-masing mewakili satu loncatan kuantum dalam kepercayaan terhadap subsistensi. Oleh karena itu, jaminan terhadap krisis merupakan prinsip stratifikasi yang lebih aktif dalam pandangan para petanidibandingkan dengan penghasilan.

 

Bernard Barber mengemukakan ada 6 (enam) dimensi dari stratifikasi sosial

(1) prestise jabatan atau pekerjaan (occupational prestige),

(2) rangking dalam wewenang dan kekuasaan (authority and power rangkings),

(3) pendapatan atau kekayaan (income or wealth),

(4) pendidikan atau pengetahuan (educational or knowledge),

(5) kesucian beragama atau pimpinan keagamaan (religious or ritual purity), dan

(6) kedudukan dalam kekerabatan dan kedudukan dalam suku-suku bangsa (kinship and ethnic group rangkings) (Taneko, 1984, 97-98). 

 

Jumlah lapisan sosial dalam masyarakat

a.Karl marx(1818-1893),membagi lapisan sosial berdasarkan kemampuan ekonomi ,menurutnya masyarakat terbagi atas dua kelas yaitu kelas borjuis dan proletar.

b.Mosca ,membedakan antara kelas yang berkuasa dan kelas yang dikuasai.banyak para sosiologi membedakan antara kaum elit dan massa dan orang kaya dengan orang miskin .

c.w. Lyoid warner,(1940-1950) mengadakan penelitian terhadap masyarakat amerika dan membagi lapisan sosial mereka dalam enam lapisan .keenam lapisan tersebut terdiri dari kelas atas-atas,atas-bawah,dan atas-menengah.

d.di Indonesia ,khususnya di daerah pedesaan jawa yang masih bercirikan pertanian stratifikasi atau pelapisan sosial pun disusun berdasarkan penguasa masyarakat terhadap tanah.

e.koentjaraningrat (1964)meneliti lapisan sosial masyarakat pedesaan dan menggolongkanya dalam tiga lapisan yaitu lapisan keturunan pendiri desa dan pemilik tanah,lapisan pemilik tanah selain keturunan pendiri desa dan lapisan masyarakat yang tidak memiliki tanah.

f.penggolongan masyarakat Indonesia yang dilakukan BPS

1.luas lantai bangunan tempat tinggal lebih dari 8m2

2.lantai tempat tinggal terbuat dari kayu murahan

3.jenis dinding terbuat dari  kayu

4.tidak memiliki fasilitas buang air besar

5.penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik

Dalam bidang pendidikan formal dalam masyarakat kita dijumpai kesenjangan besar antara mereka yang berpendidikan dasar dan menengah dengan mereka yang berpendidikan tinggi,data sensus BPS menunjukkan bahwa pada 1971 dikalangan penduduk berusia 10 tahun keatas 41.01% tidak bersekolah,52.35%berpendidikan dasar,4.3% berpendidikan SLP ,2.03% berpendidikan SLA dan hanya 0.31% berpendidikan tinggi.

Dalam negara maju dapat dijumpai stratifikasi yang berbentuk intan :posisi dilapisan bawah dan atas relatif sedikit bila dibandingkan posisi dilapisan menengah.

Dampak lapisan sosial

Perbedaan kelas sosial dalam masyarakat membawa perbedaay gaya hidup atau perilaku yang berbeda antara satu dengan yang lain ,harus dibedakan dengan jelas bahwa gaya hidup tidak menciptakan kelas tetapi kelas yang menciptakan gaya hidup seseorang.

Salah satu hal yang bisa dilihat dari perbedaan perilaku antar kelas adlah dalam tata busana ,anggota satu kelas akan cenderung memilih mode busana sesuai dengan anggota kelas .

Kamanto sunarto(1993)mencatat bahwa masyarakat kelas atas akan cenderung menegnakan busana barat produk desainer paris,new york,dan desainer dunia terkenal.kaum perempuan menengah kebawah akan cenderung memakai busana ciptaan desainer dalam negeri,sedangkan pilihan busana mereka yang berada di kelas bawah akan cenderung berorientasi pada desain yang ditentukan para grosir pakaian jadi dipusat penjualan pakaian seperti misalnya tanah abang atau pasar tradisional lainnya.

Selain dari segi busana,status seseorang juga tercermin dari tipe dan letak tempat tinggalnya ,dikota-kota besar dijumpai daerah pemukiman yang penghuninya cenderung berasal dari kalangan elit,dalam kawasan pemukiman elit juga masih dapat kita jumpai perbedaan yang mencerminkan perbedaan status misalnya perbedaan ukuran rumah,tanah,desain rumah,bahan baku yang digunakan,perlengkapan rumah dan sebagainya.

 

 

No comments:

Post a Comment