Friday 21 November 2014

PARADIGMA SOSIAL

PARADIGMA SOSIAL

paradigma adalah pandangan fundamental tentang apa yang menjadi pokok-persoalan(subject-matter) disiplin tertentu. paradigma dengan demikian merumuskan tentang apa yang seharusnya menjadi objek studi disiplin tertentu.paradigma adalah kesatuan konsensus yang terluas dalam satu disiplin yang membedakan antara komunitas ilmuan(sub-komunitas) yang satu dengan yang lain.Ritzer melihat adanya tiga paradigma dalam sosiologi yang lebih banyak menimbulkan efek negatif dari pada efek positifnya terhadap perkembangan sosiologi.masing-masing paradigma:fakta sosial,definisi sosial dan tingkah laku sosial.karena itu Ritzer mengajukan satu paradigma yang disebutnya sebagai “paradigma terpandu” yang dimaksudkan bukan untuk menggantikan,tetapi untuk mengatasi kelemahan pendeketan paradigma yang ada itu dalam menerangkan realitas sosial yang sangat kompleks itu.

1.Paradigma fakta sosial

Exemplar paradigma fakta sosial adalah karya Durkheim khususnya Suicide dan The Rule of Sociological Method,Durkheim membangun konsep fakta sosial yang kemudian diterapkan dalam mempelajari gejala bunuh diri Ia membangun konsep fakta sosial ini untuk memisahkan sosialogi dari persaingan pengaruh antara sosiologi dan filsafat .Menurut Durkheim fakta sosial harus dinyatakan sebagai sesuatu yang berada diluar individu dan bersifat memaksa terhadapnya .Fakta sosial dibedakan ata dua jenis yaitu:kesatuan yang bersifat material (material entity) yakni barang sesuatu yang nyata ada dan kesatuan yang bersifat non material (non-material entity)yakni barang sesuatu yang dianggap tidak ada.ada dua tipe dasar dari fakta sosialyakni:struktur sosialdan pranata sosial.

Teori yang termasuk dalam paradigma ini adalah teori fungsionalisme –struktural ,teori konflik,teori sistem,dan sosiologi makro ,yang terpenting ialah teori fungsionalisme struktural dan teori konflik,konseptualisasi kedua teori ini tentang hubungan antara fakta-fakta sosial sanngat berbeda.Menurut teori fungsionalisme struktural dari berbagai struktur dan pranata dalam masyarakat cenderung berhubungan secara selaras. masyarakat dipandang sebagai berada dalam keadaan berubah secara berangsur-angsur tetapi tetap dalam keseimbangan.sebaliknya menurut teori konflik ,fakta sosial dalam tingkatan yang berbeda-beda berada dalam kondisi konflik satu sama lain .keseimbangan dalam masyarakat justru terjadi karena akibat dari penggunaan paksaan oleh golongan yang berkuasa dalam masyarakat itu.

Dalam penyelidikan terhadap kedua teori tersebut Ritzer lebih banyak melihat kepada proposi yang menekankan segi persamaannya daripada perbedaaan dari keduanya,dalam penelitianya karya robert merton adalah yang paling menonjol di antara teori fungsionalisme struktural yang lebih awal dengan memusatkan perhatianya kepada persoalan disfungsi keseimbangan dan fungsi alternatif Merton berhasil dengan sempurna menghubungkan antara konflik dan perubahan masyarakat .Hubungan ini ditunjukan pula oleh Herbert Gans dengan menerapkan model Merton itu dengan menerapkan model kemiskinan .Gans menunjukkan bahwa teori fungsionalisme struktural dapat digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang radikal tentang persoalan konflik dan perubahan sosial. Dahrendof menekankan bahwa kedua teori itu harus digunakan secara alternatif . Teori konflik dapat digunakan untuk menganalisis konflik sosial sedangkan teori fungsionalisme struktural dapat dignakan untuk menganalisa tentang keteraturan sosial .

            Dalam penelitianya ,penganut paradigma fakta sosial cenderung memakai metode interview/questionnaire.metode lain dipandang Ritzer kurang cocok untuk mempelajari fakta sosial.orang akan mengalammi kesulitan mempelajari struktur sosial dan pranata sosialdengan mengenakan metode eksperimen misalnya.begitu pula metode observasi tidak direncanakan untuk mempelajari fakta sosial .tetapi menurut Ritzer cara terbaik untuk mempelajari fakta sosial adalah dengan metode historis dan metode komparatif,contoh yang baik dalam hal ini ialah studi komparatif yang dilakukan weber tentang:agama dan kapitalisme.Namun penganut paradigma fakta sosial modern tidak menyenangi metode ini karena biaya besar dan waktu yang lama dan  tidak ilmiah.

2.Paradigma Defenisi Sosial

            Exemplar paradigma ini ialah karya Max weber tentang”Tindakan sosial”.Weber tertarik dengan makna subjektif yang diberikan individu terhadap tindakan mereka .ia memusatkan perhatian kepada intersubyektif dan intrasubyektif dari pemikiran manusia yang menandai tindakan sosial.Weber tak tertarik untuk mempelajari fakta sosial yang bersifat makroskopik seperti struktur sosial dan pranata sosial.yg menjadi pokok persoalan sosiologi adalah proses pendefinisian sosialdan akibat-akibat dari suatu aksi serta interaksi sosial.Jadi yang menjadi sasaran ppenyelidikanya ialah pemikiran-pemikiran yang bersifat intrasubyektif dan intersubyektif dari aksi dan interaksi sosial.untuk mempelajari fenomena demikian weber menyarankan untuk menggunakan metode interpretatif understandingatau yang lebih dikenal sebagai metode verstehen.

            Ada tiga teori utama yang termasuk ke dalam paradigma ini masing-masing yaitu:teori aksi sosial,teori interaksionisme simbolik dan teori fenomenologi.

Metode yang umum digunakan penganut paradigma defenisi sosial adalah observasi .orang tidak akan dapat mempelajari proses berfikir aktor hanya dengan mengamati proses interaksi secara selintas.penganut paradigma ini harus berani mengamibil kkesimpulan terhadap sesuatu yang timbul dari kekuatan intersubyektif dan intrasubyektifdari gejala yang diamatinya. Metode observasi ini sama halnya dengan interview  dan koesioner ,meskipun sering digunakan namun tidak terlalu sesuai dengan sasaran study paradigma defenisi sosial ini.sasaran penyelidikan penganut paradigma ini adalah kehidupan yang nyata,Terang metode interview/koesioner dan eksperimen tak efektif untuk mempelajari kehidupan nyata yang sedangg berlangsung itu.

3.Paradigma Perilaku Sosial

Yangg menjadi pokok persoalan dalam sosiologi menurut paradigma ini ialah perilaku atau tingkah laku dan perulanganya.paradigma ini  memusatka perhatian kepada tingkah laku individu yang berlangsung dalam lingkungan yang menimbulkan akibat atau perubahan terhadap tingkah laku berikutnya pandangan paradigma ini terhadap pokok persoalan sosiologi berbeda dari kedua pandangan paradigma yang lain.paradigma berperilaku sosial sangat bernafsu menentang ide paradigma defenisi sosial tentang adanya suatu”kebebasan berfikir”yang mengentarai tingkah laku dengan perulanganya kembali,penganut paradigma ini menganggap kebebasan berfikir demikian sebagai suatu konsep yang metafisik.begitu pula penganut paradigma ini cenderung berpandangan negatif terhadap perhatian paradigma fakta sosial yaitu struktur dan pranata sosial.Bagi paradigma perilaku sosial tingkah laku manusia itulah yang penting.konsep seperti pemikiran,struktur sosial dan pranata sosial ini dapat mengalihkan perhatian kita dari tingkah laku manusia itu,.

Metode yang lebih disukai oleh penganut paradigma ini ialah eksperimen .Secara tradisional penganut paradigma ini menyukai eksperimen di laboratorium .Metode ini memberi kemungkinan bagi peneliti untuk mengontrol dengan ketat kondisi objek dan kondisi lingkungan disekitarnay.sekalipun eksperimen adalah penelitian langsung yang agak baik terhadap tingkah laku aktor ,namun penelitian masih harus membuat kesimpulan dari pengamatan selintas terhadap tingkah laku yang sesungguhnya dengan yang sedang dia amati.

 

            Ritzer menemukan perbedaan antara ketiga paradigma sosiologi itu bersifat estetis .Perbedaan ini sesuai dengan pengalaman penelitian dilapangan .berbagai komponen dalam masing-masing paradigma saling menyesuaikan diri kearah hubungan yang makin harmonis.eksemplar dalam suatu paradigma ditentukan oleh hampir setiap orang yang termasuk kedalam paradigma yang bersangkutan sebagai dasar bagiu keseluruhan pendekatan mereka .keseluruhan pendekatan teoritis dalam masing-masing paradigma diakui sebagai persamaan yang mendasar meskipun terdapat perbedaan dalam orientasi teoritis .Metode yang disukai oleh masing-masing paradigma ,jelas sekali saling berpautan dengan masing-masing paradigma.

            Untuk menanggulangi masalah ditingkat paradigma ,Ritzer mencoba menciptakan suatu eksemplar paradigma yang terpadu .untuk maksud itu ia mangajukan sebuah model yang diharapkanya akan menarik perhatian sosiologyang tak menyukai paradigma sosiologi yang kini ada.Ide kuncinya disini ialah tingkatan realitas sosial.

            Paradigma terpadu bukan dimaksudkan sebagai pengganti paradigma sosiologi yang sudah ada.Inti dari paradigma terpadu terletak pada antar hubungan keempat tingkat realitas sosial itu,

1.makro-obyektif,contohnya norma hukum,bahasa,dan birokrasi

2.makro-subyektif,termasuk norma-norma,nilai-nilai,dan kultur.

3.mikro –obyektif contohnya berbagai  bentuk interaksi sosial seperti konflik,kerja sama dan pertukaran.

4.mikro-subyektif contohnya proses berfikir dan konstruksi sosial realitas.

            Yang terpenting dalam pendekatan terpadu ini ialah bahwa berbagai tingkat realitas sosial tersebut harus dilakukan secara integratif.artinya,setiap persoalan khusus yang dikaji harus diselidiki dari sudut pandangan yang terpadu.

            Paradigma terpadu harus diperbandingkan berdasarkan perjalanan waktu atau antara berbagai masyarakat.sifat yang saling melengkapi dari pendekatan terpadu ini memungkinkan kita mngumpulkan data dengan satu atau dengan keseluruhan metode seperti interview,koesioner,observasi eksperimen,dan sebagainya.

            Paradigma terpadu haruslah bersifat historis,paradigma ini harus menjatuhkan diri dari ide bahwa suatu teori abstrak dapat dikembangkan dan dapat menerangkan keseluruhan realitas sosialyang ada dalam semua masyarakat dan sepanjang sejrah walaupn semua tingkatan realita sosial terdapat dalam masyarakat,namun tekanan masing-masing dan hubungan diantara keempatnya dapat berbeda-beda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.

Paradigma terpadu harus mengambil manfaat dari logika dialegtis ,sekalipun penerimaan logika ini secara tulus mungkin akan terhalang oleh ideologi politik yang dihubungkan atau yang kadang-kadang sengaja ditanamkan kedalam nya.

Kesimpulan

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan berparadigma banyak, mengapa dikatakan demikian ? hal ini dikarenakan, antara paradigma yang satu dengan paradigma yang lain terdapat perbedaan bahkan pertentangan pandangan tentang disiplin sosiologi sebagai suatu kebulatan dan tentang batas-batas bidang paradigma itu masing-masing. Dalam bidang ilmu ini terdapat bebrapa paradigma yang memaparkan dan menjelaskan cabang-cabang paradigmanya dan spsesifikasi bidangnya masing-masing. Setidaknya terdapat 3 paradigma yang mendasari ilmu sosiologi ini diantaranya :

1. Paradigma Fakta Sosial, yang dibagi lagi menjadi dua objek kajian :
    a. struktur sosial, dan
    b. pranata sosial
2. Paradigma Definisi Sosial, yang terbagi menjadi tiga teori diantaranya :
    a. Teori Aksi (action theory),
    b. Interaksionisme Simbolik (Simbolik Interactionism), dan
    c. Fenomenologi (Phenomenology).
3. Paradigma Perilaku Sosial, terbagi menjadi dua teori diantaranya :
    a. Behavioral Sociology Theory
    b. Exchange Theory

Ketiga paradigma teori tersebut telah dipaparkan penjelasannya diatas beserta dengan cabang-cabang teori yang mendukung kostrruk paradigmanya. Selain itu juga banyak spesifikasi yang diberikan oleh para ahli dalam memberikaj suatu asumsi-asumsi terhadap paradigma tersebut dengan penjelasannya.

 

No comments:

Post a Comment

Friday 21 November 2014

PARADIGMA SOSIAL

PARADIGMA SOSIAL

paradigma adalah pandangan fundamental tentang apa yang menjadi pokok-persoalan(subject-matter) disiplin tertentu. paradigma dengan demikian merumuskan tentang apa yang seharusnya menjadi objek studi disiplin tertentu.paradigma adalah kesatuan konsensus yang terluas dalam satu disiplin yang membedakan antara komunitas ilmuan(sub-komunitas) yang satu dengan yang lain.Ritzer melihat adanya tiga paradigma dalam sosiologi yang lebih banyak menimbulkan efek negatif dari pada efek positifnya terhadap perkembangan sosiologi.masing-masing paradigma:fakta sosial,definisi sosial dan tingkah laku sosial.karena itu Ritzer mengajukan satu paradigma yang disebutnya sebagai “paradigma terpandu” yang dimaksudkan bukan untuk menggantikan,tetapi untuk mengatasi kelemahan pendeketan paradigma yang ada itu dalam menerangkan realitas sosial yang sangat kompleks itu.

1.Paradigma fakta sosial

Exemplar paradigma fakta sosial adalah karya Durkheim khususnya Suicide dan The Rule of Sociological Method,Durkheim membangun konsep fakta sosial yang kemudian diterapkan dalam mempelajari gejala bunuh diri Ia membangun konsep fakta sosial ini untuk memisahkan sosialogi dari persaingan pengaruh antara sosiologi dan filsafat .Menurut Durkheim fakta sosial harus dinyatakan sebagai sesuatu yang berada diluar individu dan bersifat memaksa terhadapnya .Fakta sosial dibedakan ata dua jenis yaitu:kesatuan yang bersifat material (material entity) yakni barang sesuatu yang nyata ada dan kesatuan yang bersifat non material (non-material entity)yakni barang sesuatu yang dianggap tidak ada.ada dua tipe dasar dari fakta sosialyakni:struktur sosialdan pranata sosial.

Teori yang termasuk dalam paradigma ini adalah teori fungsionalisme –struktural ,teori konflik,teori sistem,dan sosiologi makro ,yang terpenting ialah teori fungsionalisme struktural dan teori konflik,konseptualisasi kedua teori ini tentang hubungan antara fakta-fakta sosial sanngat berbeda.Menurut teori fungsionalisme struktural dari berbagai struktur dan pranata dalam masyarakat cenderung berhubungan secara selaras. masyarakat dipandang sebagai berada dalam keadaan berubah secara berangsur-angsur tetapi tetap dalam keseimbangan.sebaliknya menurut teori konflik ,fakta sosial dalam tingkatan yang berbeda-beda berada dalam kondisi konflik satu sama lain .keseimbangan dalam masyarakat justru terjadi karena akibat dari penggunaan paksaan oleh golongan yang berkuasa dalam masyarakat itu.

Dalam penyelidikan terhadap kedua teori tersebut Ritzer lebih banyak melihat kepada proposi yang menekankan segi persamaannya daripada perbedaaan dari keduanya,dalam penelitianya karya robert merton adalah yang paling menonjol di antara teori fungsionalisme struktural yang lebih awal dengan memusatkan perhatianya kepada persoalan disfungsi keseimbangan dan fungsi alternatif Merton berhasil dengan sempurna menghubungkan antara konflik dan perubahan masyarakat .Hubungan ini ditunjukan pula oleh Herbert Gans dengan menerapkan model Merton itu dengan menerapkan model kemiskinan .Gans menunjukkan bahwa teori fungsionalisme struktural dapat digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang radikal tentang persoalan konflik dan perubahan sosial. Dahrendof menekankan bahwa kedua teori itu harus digunakan secara alternatif . Teori konflik dapat digunakan untuk menganalisis konflik sosial sedangkan teori fungsionalisme struktural dapat dignakan untuk menganalisa tentang keteraturan sosial .

            Dalam penelitianya ,penganut paradigma fakta sosial cenderung memakai metode interview/questionnaire.metode lain dipandang Ritzer kurang cocok untuk mempelajari fakta sosial.orang akan mengalammi kesulitan mempelajari struktur sosial dan pranata sosialdengan mengenakan metode eksperimen misalnya.begitu pula metode observasi tidak direncanakan untuk mempelajari fakta sosial .tetapi menurut Ritzer cara terbaik untuk mempelajari fakta sosial adalah dengan metode historis dan metode komparatif,contoh yang baik dalam hal ini ialah studi komparatif yang dilakukan weber tentang:agama dan kapitalisme.Namun penganut paradigma fakta sosial modern tidak menyenangi metode ini karena biaya besar dan waktu yang lama dan  tidak ilmiah.

2.Paradigma Defenisi Sosial

            Exemplar paradigma ini ialah karya Max weber tentang”Tindakan sosial”.Weber tertarik dengan makna subjektif yang diberikan individu terhadap tindakan mereka .ia memusatkan perhatian kepada intersubyektif dan intrasubyektif dari pemikiran manusia yang menandai tindakan sosial.Weber tak tertarik untuk mempelajari fakta sosial yang bersifat makroskopik seperti struktur sosial dan pranata sosial.yg menjadi pokok persoalan sosiologi adalah proses pendefinisian sosialdan akibat-akibat dari suatu aksi serta interaksi sosial.Jadi yang menjadi sasaran ppenyelidikanya ialah pemikiran-pemikiran yang bersifat intrasubyektif dan intersubyektif dari aksi dan interaksi sosial.untuk mempelajari fenomena demikian weber menyarankan untuk menggunakan metode interpretatif understandingatau yang lebih dikenal sebagai metode verstehen.

            Ada tiga teori utama yang termasuk ke dalam paradigma ini masing-masing yaitu:teori aksi sosial,teori interaksionisme simbolik dan teori fenomenologi.

Metode yang umum digunakan penganut paradigma defenisi sosial adalah observasi .orang tidak akan dapat mempelajari proses berfikir aktor hanya dengan mengamati proses interaksi secara selintas.penganut paradigma ini harus berani mengamibil kkesimpulan terhadap sesuatu yang timbul dari kekuatan intersubyektif dan intrasubyektifdari gejala yang diamatinya. Metode observasi ini sama halnya dengan interview  dan koesioner ,meskipun sering digunakan namun tidak terlalu sesuai dengan sasaran study paradigma defenisi sosial ini.sasaran penyelidikan penganut paradigma ini adalah kehidupan yang nyata,Terang metode interview/koesioner dan eksperimen tak efektif untuk mempelajari kehidupan nyata yang sedangg berlangsung itu.

3.Paradigma Perilaku Sosial

Yangg menjadi pokok persoalan dalam sosiologi menurut paradigma ini ialah perilaku atau tingkah laku dan perulanganya.paradigma ini  memusatka perhatian kepada tingkah laku individu yang berlangsung dalam lingkungan yang menimbulkan akibat atau perubahan terhadap tingkah laku berikutnya pandangan paradigma ini terhadap pokok persoalan sosiologi berbeda dari kedua pandangan paradigma yang lain.paradigma berperilaku sosial sangat bernafsu menentang ide paradigma defenisi sosial tentang adanya suatu”kebebasan berfikir”yang mengentarai tingkah laku dengan perulanganya kembali,penganut paradigma ini menganggap kebebasan berfikir demikian sebagai suatu konsep yang metafisik.begitu pula penganut paradigma ini cenderung berpandangan negatif terhadap perhatian paradigma fakta sosial yaitu struktur dan pranata sosial.Bagi paradigma perilaku sosial tingkah laku manusia itulah yang penting.konsep seperti pemikiran,struktur sosial dan pranata sosial ini dapat mengalihkan perhatian kita dari tingkah laku manusia itu,.

Metode yang lebih disukai oleh penganut paradigma ini ialah eksperimen .Secara tradisional penganut paradigma ini menyukai eksperimen di laboratorium .Metode ini memberi kemungkinan bagi peneliti untuk mengontrol dengan ketat kondisi objek dan kondisi lingkungan disekitarnay.sekalipun eksperimen adalah penelitian langsung yang agak baik terhadap tingkah laku aktor ,namun penelitian masih harus membuat kesimpulan dari pengamatan selintas terhadap tingkah laku yang sesungguhnya dengan yang sedang dia amati.

 

            Ritzer menemukan perbedaan antara ketiga paradigma sosiologi itu bersifat estetis .Perbedaan ini sesuai dengan pengalaman penelitian dilapangan .berbagai komponen dalam masing-masing paradigma saling menyesuaikan diri kearah hubungan yang makin harmonis.eksemplar dalam suatu paradigma ditentukan oleh hampir setiap orang yang termasuk kedalam paradigma yang bersangkutan sebagai dasar bagiu keseluruhan pendekatan mereka .keseluruhan pendekatan teoritis dalam masing-masing paradigma diakui sebagai persamaan yang mendasar meskipun terdapat perbedaan dalam orientasi teoritis .Metode yang disukai oleh masing-masing paradigma ,jelas sekali saling berpautan dengan masing-masing paradigma.

            Untuk menanggulangi masalah ditingkat paradigma ,Ritzer mencoba menciptakan suatu eksemplar paradigma yang terpadu .untuk maksud itu ia mangajukan sebuah model yang diharapkanya akan menarik perhatian sosiologyang tak menyukai paradigma sosiologi yang kini ada.Ide kuncinya disini ialah tingkatan realitas sosial.

            Paradigma terpadu bukan dimaksudkan sebagai pengganti paradigma sosiologi yang sudah ada.Inti dari paradigma terpadu terletak pada antar hubungan keempat tingkat realitas sosial itu,

1.makro-obyektif,contohnya norma hukum,bahasa,dan birokrasi

2.makro-subyektif,termasuk norma-norma,nilai-nilai,dan kultur.

3.mikro –obyektif contohnya berbagai  bentuk interaksi sosial seperti konflik,kerja sama dan pertukaran.

4.mikro-subyektif contohnya proses berfikir dan konstruksi sosial realitas.

            Yang terpenting dalam pendekatan terpadu ini ialah bahwa berbagai tingkat realitas sosial tersebut harus dilakukan secara integratif.artinya,setiap persoalan khusus yang dikaji harus diselidiki dari sudut pandangan yang terpadu.

            Paradigma terpadu harus diperbandingkan berdasarkan perjalanan waktu atau antara berbagai masyarakat.sifat yang saling melengkapi dari pendekatan terpadu ini memungkinkan kita mngumpulkan data dengan satu atau dengan keseluruhan metode seperti interview,koesioner,observasi eksperimen,dan sebagainya.

            Paradigma terpadu haruslah bersifat historis,paradigma ini harus menjatuhkan diri dari ide bahwa suatu teori abstrak dapat dikembangkan dan dapat menerangkan keseluruhan realitas sosialyang ada dalam semua masyarakat dan sepanjang sejrah walaupn semua tingkatan realita sosial terdapat dalam masyarakat,namun tekanan masing-masing dan hubungan diantara keempatnya dapat berbeda-beda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.

Paradigma terpadu harus mengambil manfaat dari logika dialegtis ,sekalipun penerimaan logika ini secara tulus mungkin akan terhalang oleh ideologi politik yang dihubungkan atau yang kadang-kadang sengaja ditanamkan kedalam nya.

Kesimpulan

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan berparadigma banyak, mengapa dikatakan demikian ? hal ini dikarenakan, antara paradigma yang satu dengan paradigma yang lain terdapat perbedaan bahkan pertentangan pandangan tentang disiplin sosiologi sebagai suatu kebulatan dan tentang batas-batas bidang paradigma itu masing-masing. Dalam bidang ilmu ini terdapat bebrapa paradigma yang memaparkan dan menjelaskan cabang-cabang paradigmanya dan spsesifikasi bidangnya masing-masing. Setidaknya terdapat 3 paradigma yang mendasari ilmu sosiologi ini diantaranya :

1. Paradigma Fakta Sosial, yang dibagi lagi menjadi dua objek kajian :
    a. struktur sosial, dan
    b. pranata sosial
2. Paradigma Definisi Sosial, yang terbagi menjadi tiga teori diantaranya :
    a. Teori Aksi (action theory),
    b. Interaksionisme Simbolik (Simbolik Interactionism), dan
    c. Fenomenologi (Phenomenology).
3. Paradigma Perilaku Sosial, terbagi menjadi dua teori diantaranya :
    a. Behavioral Sociology Theory
    b. Exchange Theory

Ketiga paradigma teori tersebut telah dipaparkan penjelasannya diatas beserta dengan cabang-cabang teori yang mendukung kostrruk paradigmanya. Selain itu juga banyak spesifikasi yang diberikan oleh para ahli dalam memberikaj suatu asumsi-asumsi terhadap paradigma tersebut dengan penjelasannya.

 

No comments:

Post a Comment