Friday 21 November 2014

SOSIOLOGI ILMU PENGETAHUAN BERPARADIGMA GANDA

“Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda”

 

1.Status Paradigma Sosial

Gagasan Kuhn mengenai paradigma inilah yang mendorong generasi setelahnya yaitu Robert Friederich, Lodahl dan Cordon, Philips, Efrat ikut mempopulerkan istilah paradigma yang digagas oleh Kuhn. Kuhn melihat bahwa ilmu pengetahuan pada waktu tertentu didominasi oleh satu paradigma tertentu. Yakni suatu pandangan yang mendasar tentang apa yang menjadi pokok persoalan (subject matter) dari suatu cabang ilmu.

Konsep paradigma Kuhn dibagi menjadi 3 tipe,yaitu:

ü Paradigma  metafisik.

Memerankan beberapa fungsi:

§  Menunjukkan kepada sesuatu yang ada(dan sesuatu yang tidak ada)yang menjadi pusat perhatian dari suatu komunitas ilmuwan tertentu.

§  Menunjuk kepada komunitas ilmuwan tertentu yang memusatkan perhatian mmereka.

§  Menunjuk kepada ilmuwan yang berharap untuk menemukan sesuatu yang sungguh ada yang menjadi pusat perhatian dari disiplin ilmu mereka.

ü Paradigma Sosiologi.

Hal ini mendiskusikan keanekaragaman fenomena yang dapat tercakup dalam pengertian seperti:kebiasaan nyata,hasil-hasil nyata perkembangan ilmu pengetahuan serta hasil-hasil penemuan ilmu pengetahuan yang ditrima secara umum.

ü Paradigma Konstruk(Constuct paradigm)

Paradigma konstuk adalah konsep yang paling sempit diantara ketiga tipe paradigm yang dikemukakan oleh Masterman.Contohnya:pembangunan reactor nuklir memainkan peranan sebagai paradigm dalam ilmu nuklir.

Sehingga oleh Ritzer dapat ditarik kesimpulan bahwa sosiologi itu terdiri atas kelipatan beberapa paradigma.

Dimana diantaranya terdapat pergulatan pemikiran yang terjelma dalam eksemplar, teori-teori, metode, serta perangkat yang digunakan masing-masing komunitas ilmuwan yang termasuk kedalam paradigma tertentu.

 

 2.Paradigma Fakta Sosial

 Fakta sosial inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi. Fakta social dinyatakan oleh Emile Durkheim sebagai barang sesuatu (Thing) yang berbeda dengan ide.   Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh ilmu pengetahuan. Ia tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni (spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data riil diluar pemikiran manusia. Fakta sosial ini menurut Durkheim terdiri atas dua macam :

·        Dalam bentuk material.Yaitu barang sesuatu yang dapat disimak,ditangkap,dan diobsevasi.Contohnya arsitektur dan norma hokum.

·        Dalam bentuk non material.Yaitu sesuatu yang dianggap nyata(external).Contohnya egoism,alttreuisme dan opini.

Fakta sosial terdiri dari dua tipe yaitu stuktur sosial dan pranata sosial.Ada 4 teori yang tergabung kedalam paradigma fakta sosial:

·        Teori Fungsionalisme Struktural

Teori ini menekankan kepada keteraturan(order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat.Konsep utamanya adalah fungsi,disfungsi,fungsi laten,fungsi manifest,dan keseimbangan(equilibirium).

·        Teori Konflik

Teori konflik menilai keteraturan yang terdapat dalam masyarakat yang disebabkan karena adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa.Konsep sentral teori ini adalah wewenang dan posisi.

·        Teori Sistem

·        Teori Sosiologi Makro


Dalam melakukan pendekatan terhadap pengamatan fakta sosial ini dapat dilakukan dengan berbagai metode yang banyak untuk ditempuh, baik interviu maupun kuisioner yang terbagi lagi menjadi berbagai cabang dan metode-metode yang semakin berkembang. Kedua metode itulah yang hingga kini masih tetap dipertahankan oleh penganut paradigma fakta sosial sekalipun masih adanya terdapat kelemahan didalam kedua metode tersebut.

 

3.Paradigma Defenisi Sosial.

Paradigma pada definisi ini mengacu pada apa yang ditegskan oleh Weber sebagai tindakan sosial antar hubungan social. Inti tesisnya adalah “ tindakan yang penuh arti “ dari individu. Yang dimaksudkannya adalah sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Ada tiga teori yang termasuk kedalam paradigma definisi sosial ini. Masing-masing : Teori Aksi (action theory), Interaksionisme Simbolik (Simbolik Interactionism), dan Fenomenologi (Phenomenology).
Ketiga teori diatas mempunyai kesamaan ide dasarnya bahwa menurut pandangannya : manusia adalah merupakan aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Selain itu dalam ketiga pembahasan ini pula mempunyai cukup banyak kebebasan untuk bertindak diluar batas kontrol dari fakta sosial itu. Sesuatu yang terjadi didalam pemikiran manusia antara setiap stimulus dan respon yang dipancarkan, menurut ketiga teori ini adalah merupakan hasil tindakan kreatif manusia. Dan hal inilah yang menjadi sasaran perhatian paradigma definisi sosial.

 Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa penganut ketiga teori yang termasuk kedalam paradigma definisi sosial ini membolehkan sosiolog untuk memandang manusia sebagai pencipta yang relatif bebas didalam dunia sosialnya.
Disini pula terletak perbedaan yang sebenarnya antara paradigma definisi sosial ini dengan paradigma fakta sosial. Paradigma fakta sosial memandang bahwa perilaku manusia dikontrol oleh berbagai norma, nilai-nilai serta sekian alat pengendalian sosial lainnya. Sedangkan perbedaannya dengan paradigma perilaku sosial adalah bahwa yang terakhir ini melihat tingkahlaku mansuia sebagai senantiasa dikendalikan oleh kemungkinan penggunaan kekuatan.

4.Paradigma Perilaku Sosial

 Secara singkat pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkahlaku individu yang brelangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan menimbulkan yang berpengaruh terhadap perubahan tingkahlaku. Jadi terdapat hubungan fungsional antara tingkahlaku dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan aktor.
Penganut paradigma ini mengaku memusatkan perhatian kepada proses interaksi. Bagi paradigma ini individu kurang sekali memiliki kebebasan. Tanggapan yang diberikannya ditentukan oleh sifat dasar stimulus yang dating dari luar dirinya. Jadi tingkahlaku manusia lebih bersifat mekanik dibandingkan dengan menurut pandangan paradigma definisi sosial.
Ada dua teori yang termasuk kedalam paradigma perilaku sosial.
1. Behavioral Sociology Theory, teori ini memusatkan perhatiannya pada hubungan antara akibat dari tingkahlaku yang terjadi di dalam lingkungan aktor dengan tingkahlaku aktor, khususnya yang dialami sekarang oleh si aktor.
2. Exchange Theory, teori ini dibangun dengan maksud sebagai rekasi terhadap paradigma fakta sosial, terutama menyerang ide Durkheim secara langsung dari tiga jurusan :
• Pandangannya tentang emergence
• Pandangannya tentang psikologi
• Metode penjelasan dari Durkheim

Paradigma perilaku sosial ini dalam penerapan metodenya dapat pula menggunakan dengan dua metode sebelumnya yaitu kuisioner, interview, dan observasi. Namun demikian, paradigma ini lebih banyak menggunakan metode eksperimen dalam penelitiannya.

 

5.Perbedaan Antar Paradigma (Suatu Penilaian)

   Melalui penjelasan-penjelasan singkat diketiga bab diatas, maka tugas bab ini adalah mencari perbedaan-perbedaan yang terjadi diketiga paradigma diatas. Satu hal yang penting untuk diangkat adalah sisi point dari bab yang cukup panjang ini adalah dengan membaginya menjadi beberapa pointer-pointer penting, diantaranya adalah sebagai berikut :
 1. Behaviorisme selain disukai banyak sosiolog juga merupakan perspektif utama sosiologi    kontemporer. Sebagian besar analisa sosiologi mengabaikan arti penting behaviorisme.
2. Konsepsi umum yang memisahkan antara teori fungsionalisme struktural dan teori konflik   adalah menyesatkan. Kedua teori itu lebih banyak unsur persamaannya ketimbang perbedaannya, karena keduanya tercakup dalam satu paradigma. Perbedaan fundamental dalam sosiologi terdapat diantara ketiga paradigma yang telah dibicarakan.
3. Implikasi lain ialah adanya hubungan antara teori dan metode yang selalu dikira dipraktekkan secara terpisah satu sama lain. Umumnya terdapat keselarasan antara teori dan metode.
4. Ada irrasionalitas dalam sosiologi. Kebanyakan sosiolog yang terlibat dalam pekerjaan teoritis dan metodologis tidak memahami kaitan erat antara keduanya. Teoritisi yang mengira bahwa mereka beroposisi sama sekali antara yang satu dengan yang lain (antara teori konflik dan fungsionalisme struktural), nyatanya berkaitan satu sama lain. Terlihat bahwa peneliti sering memakai metode yang tak cocok untuk mencapai yujuan penelitian mereka.
5. Terakhir dan terpenting, pertentangan antar paradigma sosiologi sangat bersifat politis. Tiap paradigma bersaing disetiap bidang sosiologi. Kebanyakan upaya dicurahkan semata-mata untuk menyerang lawan dari paradigma lain dengan berondongan kata-kata yang berlebih-lebihan. Seharusnya kita mencurahkan waktu sesedikit mungkin untuk menyerang lawan dan sebanyak-banyaknya untuk memahami pendapat mereka. Kita sudah semestinya mulai memahami bagaimana caranya memanfaatkan pemikiran paradigma lain guna mengembangkan perspektif yang lebih menyatu.

 





6.Menuju Paradigma Sosiologi Yang Terpadu


Paradigma Sosiologi yang terpadu itu harus menjelaskan :
a. kesatuan makro-obyektif seperti birokrasi,
b. struktur makro-subyektif seperti kultur,
c. fenomena mikro-obyektif seperti pola-pola imteraksi sosial, dan
d. fakta-fakta mikro-subyektif seperti proses pembentukan realitas.
Paradigma fakta sosial memusatkan perhatian terutama kepada realitas sosial pada tingkatan makro-obyektif dan makro-subyektif. Paradigma definisi sosial memusatkan perhatian kepada realitas sosial pada tingkatan mikro-subyektif dan sebagai mikro-obyektif yang tergantung kepada proses-proses mental (tindakan). Paradigma perilaku sosial menjelaskan sebagian realitas sosial pada tingkatan mikro-obyektif yang tak tercakup kepada proses mental atau proses berfikir, yakni yang menyangkut tingkahlaku yang semata-mata dihasilkan stimuli yang dating dari luar diri actor, yang disini disebut sebagai ‘behavior’ itu.

 

 

Kesimpulan

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan berparadigma banyak, mengapa dikatakan demikian ? hal ini dikarenakan, antara paradigma yang satu dengan paradigma yang lain terdapat perbedaan bahkan pertentangan pandangan tentang disiplin sosiologi sebagai suatu kebulatan dan tentang batas-batas bidang paradigma itu masing-masing. Dalam bidang ilmu ini terdapat bebrapa paradigma yang memaparkan dan menjelaskan cabang-cabang paradigmanya dan spsesifikasi bidangnya masing-masing. Setidaknya terdapat 3 paradigma yang mendasari ilmu sosiologi ini diantaranya :

1. Paradigma Fakta Sosial, yang dibagi lagi menjadi dua objek kajian :
    a. struktur sosial, dan
    b. pranata sosial
2. Paradigma Definisi Sosial, yang terbagi menjadi tiga teori diantaranya :
    a. Teori Aksi (action theory),
    b. Interaksionisme Simbolik (Simbolik Interactionism), dan
    c. Fenomenologi (Phenomenology).
3. Paradigma Perilaku Sosial, terbagi menjadi dua teori diantaranya :
    a. Behavioral Sociology Theory
    b. Exchange Theory

Ketiga paradigma teori tersebut telah dipaparkan penjelasannya diatas beserta dengan cabang-cabang teori yang mendukung kostrruk paradigmanya. Selain itu juga banyak spesifikasi yang diberikan oleh para ahli dalam memberikaj suatu asumsi-asumsi terhadap paradigma tersebut dengan penjelasannya.

No comments:

Post a Comment

Friday 21 November 2014

SOSIOLOGI ILMU PENGETAHUAN BERPARADIGMA GANDA

“Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda”

 

1.Status Paradigma Sosial

Gagasan Kuhn mengenai paradigma inilah yang mendorong generasi setelahnya yaitu Robert Friederich, Lodahl dan Cordon, Philips, Efrat ikut mempopulerkan istilah paradigma yang digagas oleh Kuhn. Kuhn melihat bahwa ilmu pengetahuan pada waktu tertentu didominasi oleh satu paradigma tertentu. Yakni suatu pandangan yang mendasar tentang apa yang menjadi pokok persoalan (subject matter) dari suatu cabang ilmu.

Konsep paradigma Kuhn dibagi menjadi 3 tipe,yaitu:

ü Paradigma  metafisik.

Memerankan beberapa fungsi:

§  Menunjukkan kepada sesuatu yang ada(dan sesuatu yang tidak ada)yang menjadi pusat perhatian dari suatu komunitas ilmuwan tertentu.

§  Menunjuk kepada komunitas ilmuwan tertentu yang memusatkan perhatian mmereka.

§  Menunjuk kepada ilmuwan yang berharap untuk menemukan sesuatu yang sungguh ada yang menjadi pusat perhatian dari disiplin ilmu mereka.

ü Paradigma Sosiologi.

Hal ini mendiskusikan keanekaragaman fenomena yang dapat tercakup dalam pengertian seperti:kebiasaan nyata,hasil-hasil nyata perkembangan ilmu pengetahuan serta hasil-hasil penemuan ilmu pengetahuan yang ditrima secara umum.

ü Paradigma Konstruk(Constuct paradigm)

Paradigma konstuk adalah konsep yang paling sempit diantara ketiga tipe paradigm yang dikemukakan oleh Masterman.Contohnya:pembangunan reactor nuklir memainkan peranan sebagai paradigm dalam ilmu nuklir.

Sehingga oleh Ritzer dapat ditarik kesimpulan bahwa sosiologi itu terdiri atas kelipatan beberapa paradigma.

Dimana diantaranya terdapat pergulatan pemikiran yang terjelma dalam eksemplar, teori-teori, metode, serta perangkat yang digunakan masing-masing komunitas ilmuwan yang termasuk kedalam paradigma tertentu.

 

 2.Paradigma Fakta Sosial

 Fakta sosial inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi. Fakta social dinyatakan oleh Emile Durkheim sebagai barang sesuatu (Thing) yang berbeda dengan ide.   Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh ilmu pengetahuan. Ia tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni (spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data riil diluar pemikiran manusia. Fakta sosial ini menurut Durkheim terdiri atas dua macam :

·        Dalam bentuk material.Yaitu barang sesuatu yang dapat disimak,ditangkap,dan diobsevasi.Contohnya arsitektur dan norma hokum.

·        Dalam bentuk non material.Yaitu sesuatu yang dianggap nyata(external).Contohnya egoism,alttreuisme dan opini.

Fakta sosial terdiri dari dua tipe yaitu stuktur sosial dan pranata sosial.Ada 4 teori yang tergabung kedalam paradigma fakta sosial:

·        Teori Fungsionalisme Struktural

Teori ini menekankan kepada keteraturan(order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat.Konsep utamanya adalah fungsi,disfungsi,fungsi laten,fungsi manifest,dan keseimbangan(equilibirium).

·        Teori Konflik

Teori konflik menilai keteraturan yang terdapat dalam masyarakat yang disebabkan karena adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa.Konsep sentral teori ini adalah wewenang dan posisi.

·        Teori Sistem

·        Teori Sosiologi Makro


Dalam melakukan pendekatan terhadap pengamatan fakta sosial ini dapat dilakukan dengan berbagai metode yang banyak untuk ditempuh, baik interviu maupun kuisioner yang terbagi lagi menjadi berbagai cabang dan metode-metode yang semakin berkembang. Kedua metode itulah yang hingga kini masih tetap dipertahankan oleh penganut paradigma fakta sosial sekalipun masih adanya terdapat kelemahan didalam kedua metode tersebut.

 

3.Paradigma Defenisi Sosial.

Paradigma pada definisi ini mengacu pada apa yang ditegskan oleh Weber sebagai tindakan sosial antar hubungan social. Inti tesisnya adalah “ tindakan yang penuh arti “ dari individu. Yang dimaksudkannya adalah sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Ada tiga teori yang termasuk kedalam paradigma definisi sosial ini. Masing-masing : Teori Aksi (action theory), Interaksionisme Simbolik (Simbolik Interactionism), dan Fenomenologi (Phenomenology).
Ketiga teori diatas mempunyai kesamaan ide dasarnya bahwa menurut pandangannya : manusia adalah merupakan aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Selain itu dalam ketiga pembahasan ini pula mempunyai cukup banyak kebebasan untuk bertindak diluar batas kontrol dari fakta sosial itu. Sesuatu yang terjadi didalam pemikiran manusia antara setiap stimulus dan respon yang dipancarkan, menurut ketiga teori ini adalah merupakan hasil tindakan kreatif manusia. Dan hal inilah yang menjadi sasaran perhatian paradigma definisi sosial.

 Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa penganut ketiga teori yang termasuk kedalam paradigma definisi sosial ini membolehkan sosiolog untuk memandang manusia sebagai pencipta yang relatif bebas didalam dunia sosialnya.
Disini pula terletak perbedaan yang sebenarnya antara paradigma definisi sosial ini dengan paradigma fakta sosial. Paradigma fakta sosial memandang bahwa perilaku manusia dikontrol oleh berbagai norma, nilai-nilai serta sekian alat pengendalian sosial lainnya. Sedangkan perbedaannya dengan paradigma perilaku sosial adalah bahwa yang terakhir ini melihat tingkahlaku mansuia sebagai senantiasa dikendalikan oleh kemungkinan penggunaan kekuatan.

4.Paradigma Perilaku Sosial

 Secara singkat pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkahlaku individu yang brelangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan menimbulkan yang berpengaruh terhadap perubahan tingkahlaku. Jadi terdapat hubungan fungsional antara tingkahlaku dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan aktor.
Penganut paradigma ini mengaku memusatkan perhatian kepada proses interaksi. Bagi paradigma ini individu kurang sekali memiliki kebebasan. Tanggapan yang diberikannya ditentukan oleh sifat dasar stimulus yang dating dari luar dirinya. Jadi tingkahlaku manusia lebih bersifat mekanik dibandingkan dengan menurut pandangan paradigma definisi sosial.
Ada dua teori yang termasuk kedalam paradigma perilaku sosial.
1. Behavioral Sociology Theory, teori ini memusatkan perhatiannya pada hubungan antara akibat dari tingkahlaku yang terjadi di dalam lingkungan aktor dengan tingkahlaku aktor, khususnya yang dialami sekarang oleh si aktor.
2. Exchange Theory, teori ini dibangun dengan maksud sebagai rekasi terhadap paradigma fakta sosial, terutama menyerang ide Durkheim secara langsung dari tiga jurusan :
• Pandangannya tentang emergence
• Pandangannya tentang psikologi
• Metode penjelasan dari Durkheim

Paradigma perilaku sosial ini dalam penerapan metodenya dapat pula menggunakan dengan dua metode sebelumnya yaitu kuisioner, interview, dan observasi. Namun demikian, paradigma ini lebih banyak menggunakan metode eksperimen dalam penelitiannya.

 

5.Perbedaan Antar Paradigma (Suatu Penilaian)

   Melalui penjelasan-penjelasan singkat diketiga bab diatas, maka tugas bab ini adalah mencari perbedaan-perbedaan yang terjadi diketiga paradigma diatas. Satu hal yang penting untuk diangkat adalah sisi point dari bab yang cukup panjang ini adalah dengan membaginya menjadi beberapa pointer-pointer penting, diantaranya adalah sebagai berikut :
 1. Behaviorisme selain disukai banyak sosiolog juga merupakan perspektif utama sosiologi    kontemporer. Sebagian besar analisa sosiologi mengabaikan arti penting behaviorisme.
2. Konsepsi umum yang memisahkan antara teori fungsionalisme struktural dan teori konflik   adalah menyesatkan. Kedua teori itu lebih banyak unsur persamaannya ketimbang perbedaannya, karena keduanya tercakup dalam satu paradigma. Perbedaan fundamental dalam sosiologi terdapat diantara ketiga paradigma yang telah dibicarakan.
3. Implikasi lain ialah adanya hubungan antara teori dan metode yang selalu dikira dipraktekkan secara terpisah satu sama lain. Umumnya terdapat keselarasan antara teori dan metode.
4. Ada irrasionalitas dalam sosiologi. Kebanyakan sosiolog yang terlibat dalam pekerjaan teoritis dan metodologis tidak memahami kaitan erat antara keduanya. Teoritisi yang mengira bahwa mereka beroposisi sama sekali antara yang satu dengan yang lain (antara teori konflik dan fungsionalisme struktural), nyatanya berkaitan satu sama lain. Terlihat bahwa peneliti sering memakai metode yang tak cocok untuk mencapai yujuan penelitian mereka.
5. Terakhir dan terpenting, pertentangan antar paradigma sosiologi sangat bersifat politis. Tiap paradigma bersaing disetiap bidang sosiologi. Kebanyakan upaya dicurahkan semata-mata untuk menyerang lawan dari paradigma lain dengan berondongan kata-kata yang berlebih-lebihan. Seharusnya kita mencurahkan waktu sesedikit mungkin untuk menyerang lawan dan sebanyak-banyaknya untuk memahami pendapat mereka. Kita sudah semestinya mulai memahami bagaimana caranya memanfaatkan pemikiran paradigma lain guna mengembangkan perspektif yang lebih menyatu.

 





6.Menuju Paradigma Sosiologi Yang Terpadu


Paradigma Sosiologi yang terpadu itu harus menjelaskan :
a. kesatuan makro-obyektif seperti birokrasi,
b. struktur makro-subyektif seperti kultur,
c. fenomena mikro-obyektif seperti pola-pola imteraksi sosial, dan
d. fakta-fakta mikro-subyektif seperti proses pembentukan realitas.
Paradigma fakta sosial memusatkan perhatian terutama kepada realitas sosial pada tingkatan makro-obyektif dan makro-subyektif. Paradigma definisi sosial memusatkan perhatian kepada realitas sosial pada tingkatan mikro-subyektif dan sebagai mikro-obyektif yang tergantung kepada proses-proses mental (tindakan). Paradigma perilaku sosial menjelaskan sebagian realitas sosial pada tingkatan mikro-obyektif yang tak tercakup kepada proses mental atau proses berfikir, yakni yang menyangkut tingkahlaku yang semata-mata dihasilkan stimuli yang dating dari luar diri actor, yang disini disebut sebagai ‘behavior’ itu.

 

 

Kesimpulan

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan berparadigma banyak, mengapa dikatakan demikian ? hal ini dikarenakan, antara paradigma yang satu dengan paradigma yang lain terdapat perbedaan bahkan pertentangan pandangan tentang disiplin sosiologi sebagai suatu kebulatan dan tentang batas-batas bidang paradigma itu masing-masing. Dalam bidang ilmu ini terdapat bebrapa paradigma yang memaparkan dan menjelaskan cabang-cabang paradigmanya dan spsesifikasi bidangnya masing-masing. Setidaknya terdapat 3 paradigma yang mendasari ilmu sosiologi ini diantaranya :

1. Paradigma Fakta Sosial, yang dibagi lagi menjadi dua objek kajian :
    a. struktur sosial, dan
    b. pranata sosial
2. Paradigma Definisi Sosial, yang terbagi menjadi tiga teori diantaranya :
    a. Teori Aksi (action theory),
    b. Interaksionisme Simbolik (Simbolik Interactionism), dan
    c. Fenomenologi (Phenomenology).
3. Paradigma Perilaku Sosial, terbagi menjadi dua teori diantaranya :
    a. Behavioral Sociology Theory
    b. Exchange Theory

Ketiga paradigma teori tersebut telah dipaparkan penjelasannya diatas beserta dengan cabang-cabang teori yang mendukung kostrruk paradigmanya. Selain itu juga banyak spesifikasi yang diberikan oleh para ahli dalam memberikaj suatu asumsi-asumsi terhadap paradigma tersebut dengan penjelasannya.

No comments:

Post a Comment