“Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda”
1.Status Paradigma Sosial
Gagasan Kuhn mengenai paradigma
inilah yang mendorong generasi setelahnya yaitu Robert Friederich, Lodahl dan
Cordon, Philips, Efrat ikut mempopulerkan istilah paradigma yang digagas oleh
Kuhn.
Kuhn melihat bahwa ilmu pengetahuan pada waktu tertentu
didominasi oleh satu paradigma tertentu. Yakni suatu pandangan yang
mendasar tentang apa yang menjadi pokok persoalan
(subject matter) dari suatu cabang ilmu.
Konsep paradigma
Kuhn dibagi menjadi 3 tipe,yaitu:
ü Paradigma metafisik.
Memerankan
beberapa fungsi:
§ Menunjukkan
kepada sesuatu yang ada(dan sesuatu yang tidak
ada)yang menjadi pusat perhatian dari suatu komunitas ilmuwan tertentu.
§ Menunjuk
kepada komunitas ilmuwan tertentu yang memusatkan perhatian mmereka.
§ Menunjuk
kepada ilmuwan yang berharap untuk menemukan sesuatu yang sungguh ada yang
menjadi pusat perhatian dari disiplin ilmu mereka.
ü Paradigma
Sosiologi.
Hal
ini mendiskusikan keanekaragaman fenomena yang dapat tercakup dalam pengertian
seperti:kebiasaan nyata,hasil-hasil nyata perkembangan
ilmu pengetahuan serta hasil-hasil penemuan ilmu pengetahuan yang ditrima
secara umum.
ü Paradigma
Konstruk(Constuct paradigm)
Paradigma
konstuk adalah konsep yang paling sempit diantara ketiga tipe paradigm yang
dikemukakan oleh Masterman.Contohnya:pembangunan
reactor nuklir memainkan peranan sebagai paradigm dalam ilmu nuklir.
Sehingga oleh Ritzer dapat ditarik
kesimpulan bahwa sosiologi itu terdiri atas kelipatan beberapa paradigma.
Dimana diantaranya terdapat
pergulatan pemikiran yang terjelma dalam eksemplar, teori-teori, metode, serta
perangkat yang digunakan masing-masing komunitas ilmuwan yang termasuk kedalam
paradigma tertentu.
2.Paradigma Fakta Sosial
Fakta
sosial inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi. Fakta social dinyatakan oleh Emile Durkheim sebagai barang sesuatu
(Thing) yang berbeda dengan ide.
Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh
ilmu pengetahuan. Ia tidak dapat dipahami
melalui kegiatan mental murni (spekulatif). Tetapi untuk
memahaminya diperlukan penyusunan data riil diluar pemikiran manusia.
Fakta sosial ini menurut Durkheim terdiri atas dua macam :
·
Dalam bentuk material.Yaitu
barang sesuatu yang dapat disimak,ditangkap,dan
diobsevasi.Contohnya arsitektur dan norma hokum.
·
Dalam bentuk non
material.Yaitu sesuatu yang dianggap nyata(external).Contohnya
egoism,alttreuisme dan opini.
Fakta sosial
terdiri dari dua tipe yaitu stuktur sosial dan pranata sosial.Ada 4 teori yang
tergabung kedalam paradigma fakta sosial:
·
Teori Fungsionalisme
Struktural
Teori
ini menekankan kepada keteraturan(order) dan
mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat.Konsep utamanya
adalah fungsi,disfungsi,fungsi laten,fungsi manifest,dan
keseimbangan(equilibirium).
·
Teori Konflik
Teori
konflik menilai keteraturan yang terdapat dalam masyarakat yang disebabkan
karena adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang
berkuasa.Konsep sentral teori ini adalah wewenang dan posisi.
·
Teori Sistem
·
Teori Sosiologi Makro
Dalam melakukan pendekatan terhadap pengamatan fakta sosial
ini dapat dilakukan dengan berbagai metode yang banyak untuk ditempuh, baik
interviu maupun kuisioner yang terbagi lagi menjadi berbagai cabang dan
metode-metode yang semakin berkembang. Kedua metode
itulah yang hingga kini masih tetap dipertahankan oleh penganut paradigma fakta
sosial sekalipun masih adanya terdapat kelemahan didalam kedua metode tersebut.
3.Paradigma Defenisi Sosial.
Paradigma pada definisi ini mengacu pada apa
yang ditegskan oleh Weber sebagai tindakan sosial antar hubungan social. Inti
tesisnya adalah “ tindakan yang penuh arti “ dari
individu. Yang dimaksudkannya adalah sepanjang tindakannya itu mempunyai makna
atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Ada tiga teori yang termasuk kedalam paradigma definisi sosial ini.
Masing-masing : Teori Aksi (action theory),
Interaksionisme Simbolik (Simbolik Interactionism), dan Fenomenologi
(Phenomenology).
Ketiga teori diatas mempunyai kesamaan ide dasarnya bahwa menurut pandangannya : manusia adalah merupakan aktor yang kreatif
dari realitas sosialnya. Selain itu dalam ketiga pembahasan
ini pula mempunyai cukup banyak kebebasan untuk bertindak diluar batas kontrol
dari fakta sosial itu. Sesuatu yang terjadi didalam
pemikiran manusia antara setiap stimulus dan respon yang dipancarkan, menurut
ketiga teori ini adalah merupakan hasil tindakan kreatif manusia. Dan hal inilah yang menjadi sasaran perhatian paradigma definisi
sosial.
Sehingga
secara umum dapat dikatakan bahwa penganut ketiga teori yang termasuk kedalam
paradigma definisi sosial ini membolehkan sosiolog untuk memandang manusia
sebagai pencipta yang relatif bebas didalam dunia sosialnya.
Disini pula terletak perbedaan yang sebenarnya antara
paradigma definisi sosial ini dengan paradigma fakta sosial. Paradigma
fakta sosial memandang bahwa perilaku manusia dikontrol oleh berbagai norma, nilai-nilai serta sekian alat pengendalian sosial
lainnya. Sedangkan perbedaannya dengan paradigma perilaku
sosial adalah bahwa yang terakhir ini melihat tingkahlaku mansuia sebagai
senantiasa dikendalikan oleh kemungkinan penggunaan kekuatan.
4.Paradigma Perilaku Sosial
Secara
singkat pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkahlaku
individu yang brelangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang
menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan menimbulkan
yang berpengaruh terhadap perubahan tingkahlaku. Jadi
terdapat hubungan fungsional antara tingkahlaku dengan perubahan yang terjadi
dalam lingkungan aktor.
Penganut paradigma ini mengaku memusatkan perhatian kepada proses interaksi. Bagi paradigma ini individu kurang sekali memiliki kebebasan.
Tanggapan yang diberikannya ditentukan oleh sifat dasar
stimulus yang dating dari luar dirinya. Jadi
tingkahlaku manusia lebih bersifat mekanik dibandingkan dengan menurut
pandangan paradigma definisi sosial.
Ada dua teori yang termasuk kedalam paradigma perilaku
sosial.
1. Behavioral Sociology Theory, teori ini memusatkan perhatiannya pada hubungan
antara akibat dari tingkahlaku yang terjadi di dalam lingkungan aktor dengan
tingkahlaku aktor, khususnya yang dialami sekarang oleh si aktor.
2. Exchange Theory, teori ini dibangun dengan maksud sebagai rekasi terhadap
paradigma fakta sosial, terutama menyerang ide Durkheim secara langsung dari tiga jurusan :
• Pandangannya tentang emergence
• Pandangannya tentang psikologi
• Metode penjelasan dari Durkheim
Paradigma perilaku sosial ini dalam penerapan metodenya dapat pula menggunakan
dengan dua metode sebelumnya yaitu kuisioner, interview, dan observasi. Namun demikian, paradigma ini lebih banyak menggunakan metode
eksperimen dalam penelitiannya.
5.Perbedaan Antar Paradigma (Suatu Penilaian)
Melalui
penjelasan-penjelasan singkat diketiga bab diatas,
maka tugas bab ini adalah mencari perbedaan-perbedaan yang terjadi diketiga
paradigma diatas. Satu hal yang penting untuk diangkat adalah sisi point dari
bab yang cukup panjang ini adalah dengan membaginya menjadi beberapa
pointer-pointer penting, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Behaviorisme selain disukai banyak
sosiolog juga merupakan perspektif utama sosiologi kontemporer.
Sebagian besar analisa sosiologi mengabaikan arti penting
behaviorisme.
2. Konsepsi umum yang memisahkan antara teori fungsionalisme struktural dan
teori konflik adalah menyesatkan. Kedua teori itu lebih banyak unsur persamaannya ketimbang
perbedaannya, karena keduanya tercakup dalam satu paradigma. Perbedaan fundamental dalam sosiologi terdapat diantara ketiga paradigma
yang telah dibicarakan.
3. Implikasi lain ialah adanya hubungan antara teori dan metode yang selalu
dikira dipraktekkan secara terpisah satu sama lain. Umumnya terdapat keselarasan antara teori dan metode.
4. Ada irrasionalitas dalam sosiologi. Kebanyakan sosiolog
yang terlibat dalam pekerjaan teoritis dan metodologis tidak memahami kaitan
erat antara keduanya. Teoritisi yang mengira bahwa mereka beroposisi sama sekali antara yang satu dengan yang lain (antara teori
konflik dan fungsionalisme struktural), nyatanya berkaitan satu sama lain. Terlihat bahwa peneliti sering memakai metode yang tak cocok untuk
mencapai yujuan penelitian mereka.
5. Terakhir dan terpenting, pertentangan antar paradigma sosiologi sangat
bersifat politis. Tiap paradigma bersaing disetiap bidang
sosiologi. Kebanyakan upaya dicurahkan semata-mata untuk menyerang lawan
dari paradigma lain dengan berondongan kata-kata yang
berlebih-lebihan. Seharusnya kita mencurahkan waktu sesedikit
mungkin untuk menyerang lawan dan sebanyak-banyaknya untuk memahami pendapat
mereka. Kita sudah semestinya mulai memahami bagaimana caranya
memanfaatkan pemikiran paradigma lain guna
mengembangkan perspektif yang lebih menyatu.
6.Menuju Paradigma Sosiologi Yang Terpadu
Paradigma Sosiologi yang terpadu itu harus menjelaskan :
a. kesatuan makro-obyektif seperti birokrasi,
b. struktur makro-subyektif seperti kultur,
c. fenomena mikro-obyektif seperti pola-pola imteraksi sosial, dan
d. fakta-fakta mikro-subyektif seperti proses pembentukan realitas.
Paradigma fakta sosial memusatkan perhatian terutama kepada
realitas sosial pada tingkatan makro-obyektif dan makro-subyektif. Paradigma definisi sosial memusatkan perhatian kepada realitas
sosial pada tingkatan mikro-subyektif dan sebagai mikro-obyektif yang
tergantung kepada proses-proses mental (tindakan). Paradigma perilaku
sosial menjelaskan sebagian realitas sosial pada tingkatan mikro-obyektif yang
tak tercakup kepada proses mental atau proses berfikir, yakni yang menyangkut
tingkahlaku yang semata-mata dihasilkan stimuli yang dating dari luar diri
actor, yang disini disebut sebagai ‘behavior’ itu.
Kesimpulan
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan berparadigma banyak, mengapa dikatakan demikian ? hal ini dikarenakan,
antara paradigma yang satu dengan paradigma yang lain terdapat perbedaan bahkan
pertentangan pandangan tentang disiplin sosiologi sebagai suatu kebulatan dan
tentang batas-batas bidang paradigma itu masing-masing. Dalam
bidang ilmu ini terdapat bebrapa paradigma yang memaparkan dan menjelaskan
cabang-cabang paradigmanya dan spsesifikasi bidangnya masing-masing.
Setidaknya terdapat 3 paradigma yang mendasari ilmu sosiologi ini diantaranya :
1. Paradigma Fakta Sosial, yang dibagi lagi menjadi dua objek kajian :
a. struktur sosial, dan
b. pranata sosial
2. Paradigma Definisi Sosial, yang terbagi menjadi tiga teori diantaranya :
a. Teori Aksi (action theory),
b. Interaksionisme Simbolik (Simbolik
Interactionism), dan
c. Fenomenologi (Phenomenology).
3. Paradigma Perilaku Sosial, terbagi menjadi dua teori diantaranya
:
a. Behavioral Sociology Theory
b. Exchange Theory
Ketiga paradigma teori tersebut telah dipaparkan penjelasannya diatas beserta
dengan cabang-cabang teori yang mendukung kostrruk paradigmanya. Selain itu juga banyak spesifikasi yang diberikan oleh para ahli
dalam memberikaj suatu asumsi-asumsi terhadap paradigma tersebut dengan
penjelasannya.
No comments:
Post a Comment